KONTAN.CO.ID - KAIRO/GAZA. Keluarga korban tewas akibat serangan Israel di Khan Younis berkumpul di sekitar jenazah yang terbungkus kain kafan putih pada Senin (16/12), sebelum mengantarkan mereka ke peristirahatan terakhir. Pejabat kesehatan Palestina pada Minggu (15/12) melaporkan bahwa sedikitnya 20 orang, termasuk anak-anak, tewas dalam serangan di sebuah sekolah yang menjadi tempat pengungsian keluarga-keluarga di kota tersebut, wilayah selatan Jalur Gaza.
Baca Juga: Militer Israel Membunuh 30 Warga Palestina yang Berlindung di Kantor Pos Gaza Militer Israel menyatakan bahwa mereka menyerang militan Hamas yang beroperasi dari sebuah kompleks yang sebelumnya digunakan sebagai sekolah yang dikelola PBB. Menurut mereka, kompleks itu juga dijadikan tempat pelatihan dan perencanaan serangan terhadap pasukan Israel. Tangis para wanita pecah ketika jenazah anggota keluarga mereka dibawa dengan tandu medis oleh para pria, lalu diletakkan di tanah untuk dilakukan salat jenazah. “Orang-orang merasa aman, tinggal di rumah-rumah mereka (tempat perlindungan) setelah salat Isya. Mereka duduk, tidur, dan berdiam di tempat mereka,” ujar Manal Tafesh, yang kehilangan saudara laki-laki dan keponakannya dalam serangan tersebut. “Anak-anak kami telah tiada, anak-anak kami telah tiada. Pemuda-pemuda kami telah tiada. Anak-anak kami telah pergi, dan garis keturunan kami pun berakhir. Kapan kegelapan ini akan berakhir?” katanya kepada Reuters di luar kamar mayat.
Baca Juga: Majelis Umum PBB Menuntut Gencatan Senjata Segera di Gaza, Ditentang Israel dan AS Militer Israel menuduh Hamas menggunakan penduduk sipil seperti di rumah sakit, sekolah, dan masjid untuk tujuan militer. Namun, Hamas membantah tuduhan tersebut, menyebutnya sebagai alasan Israel untuk “membenarkan pembunuhan warga sipil tanpa pandang bulu.” Serangan udara Israel terus berlanjut pada Senin, dengan pejabat kesehatan Palestina melaporkan bahwa serangan di berbagai wilayah Gaza telah menewaskan sedikitnya 10 orang. Petugas medis menyebut empat orang tewas akibat serangan udara di kota Beit Lahiya di bagian utara Jalur Gaza, di mana militer Israel telah beroperasi sejak Oktober. Tiga orang lainnya tewas akibat tembakan tank Israel di dekat pemakaman kamp Nuseirat di wilayah tengah, serta tiga orang lagi di Rafah, wilayah selatan.
Baca Juga: Serangan Israel Menghantam Warga Palestina yang Bertugas Mengamankan Truk Bantuan Perang ini bermula ketika kelompok militan Palestina, Hamas, menyerang Israel pada 7 Oktober 2023, menewaskan 1.200 orang – sebagian besar warga sipil – dan membawa lebih dari 250 sandera ke Gaza, menurut otoritas Israel. Israel kemudian melancarkan serangan udara dan darat yang menewaskan hampir 45.000 orang, sebagian besar warga sipil, menurut otoritas di Jalur Gaza yang dikelola Hamas. Kampanye ini telah membuat hampir seluruh populasi Gaza mengungsi dan menghancurkan sebagian besar wilayah tersebut. Upaya mediasi yang dilakukan Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat untuk mencapai gencatan senjata, termasuk kesepakatan pelepasan sandera, mengalami kemajuan dalam beberapa pekan terakhir, tetapi belum ada terobosan yang diumumkan.
Baca Juga: Paus yang Semakin Kritis terhadap Israel akan Bertemu dengan Presiden Palestina Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, dirinya telah berbicara dengan Presiden terpilih AS Donald Trump, yang akan kembali ke Gedung Putih pada 20 Januari, terkait upaya membebaskan sandera. “Kami membahas perlunya menyelesaikan kemenangan Israel dan berbicara panjang lebar tentang upaya yang kami lakukan untuk membebaskan sandera kami,” kata Netanyahu dalam sebuah pernyataan pada Minggu.
Editor: Yudho Winarto