Warga rusun saling iri, Basuki angkat bicara



JAKARTA. Sejumlah warga Waduk Pluit merasa iri dengan warga Waduk Ria Rio yang mendapatkan fasilitas relokasi ke Rusun Pinus Elok. Menanggapi hal tersebut, Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama pun angkat bicara."Sama, semuanya sama. Mau iri apa? Sekarang semuanya mesti tahu diri," kata Basuki di Balaikota Jakarta, Senin (2/9/2013).Menurut Basuki, Pemprov DKI memberlakukan hal yang sama kepada warga relokasi Waduk Pluit dan Ria Rio. Ia pun memberi contoh, misalnya seseorang bekerja pada orang lainnya, dan dijanjikan untuk dibayar Rp 100 ribu perhari kerja. Kemudian, seseorang lainnya diajak kerja pula dan dijanjikan mendapat besaran yang sama, yaitu Rp 100 ribu.Dengan keadaan seperti itu, menurut Basuki, tidak boleh ada rasa saling iri antara satu orang dengan yang lainnya. Kecemburuan itu, kata dia, hanya kesalahan persepsi warga Waduk Pluit saja. Mereka menuntut hal yang lebih dari Pemprov DKI dan menganggap langkah Pemprov DKI sebagai sebuah kewajiban untuk mereka."Mana ada? Baca semua undang-undang, peraturan, perda kalau orang melanggar peraturan, diancam kurungan denda segala macam. Ada enggak kewajiban bahwa si pelanggar aturan harus diberikan pengganti apapun? Kamu cek di seluruh dunia, mana ada peraturan kayak begitu," kata Basuki.Sebelumnya, warga Waduk Pluit di Rumah Susun Sewa (Rusunawa) Pinus Elok cemburu mengetahui berbagai fasilitas yang akan disediakan oleh Pemprov DKI Jakarta untuk warga relokasi dari Waduk Ria Rio. Mereka mengaku tidak mendapat fasilitas serupa saat masuk ke rusun yang sama.Hal ini diungkapkan Aisah (54), warga Blok A1 Cluster A Rusun Pinus Elok. Aisah mengaku sejak menempati rusun tersebut tidak tersedia fasilitas apa pun yang diberikan kepada warga di sana. Barang miliknya juga habis sewaktu adanya penggusuran di tempat tinggalnya. "Waktu dapat kosong sama sekali. Tapi, ngelihat di sini (di tempat warga Ria Rio) dikasih, kok kita enggak. Penginnya disamain," kata Aisah, di Rusun Pinus Elok, beberapa waktu lalu.Aisah mengaku, hingga saat ini, dia belum memiliki tempat tidur sejak empat bulan lalu menghuni Rusun Pinus Elok. Dia menempati rusun itu bersama suaminya, Junai (60), dan tiga orang anak lelakinya yang telah bekerja pulang pergi di kawasan Pluit.Hal senada diungkapkan Rokayah (33), warga Blok A lantai 2 rusun tersebut. Sejak digusur dari Waduk Pluit, dia masuk ke unit yang masih kosong, tak ada fasilitas TV, kasur, dan sebagainya. Dia berharap bisa mendapatkan fasilitas serupa seperti yang diberikan Pemprov DKI Jakarta bagi warga Ria Rio.Rokayah tinggal di Rusun Pinus Elok bersama Majuri (43), suaminya, dan tiga anaknya. Anak pertamanya, Solihin (21), bekerja sebagai perajin sablon di wilayah Muara Angke. Anak kedua, Soleh (15), bekerja sebagai penjahit di Jembatan Lima Penjaringan. Sementara anak ketiganya, Siti, masih berusia balita dan belum bersekolah.Berdasarkan data dari Penanggung Jawab Lokasi Rusun Wilayah Timur Hendriansyah, terdapat 62 unit rusun yang dihuni oleh warga Waduk Pluit. Jumlah itu termasuk di dalam 130 unit rusun dari 600 unit yang telah tempati dengan rincian 29 unit ditempati warga gusuran KPK, sisanya 39 unit dihuni warga umum. Sisanya 470 unit diperuntukkan bagi warga Waduk Ria Rio yang bakal menempati rusun yang sama tersebut. (Kurnia Sari Aziza/Kompas.com)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Barratut Taqiyyah Rafie