JAKARTA. Pekan ini Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta menguji coba pengoperasian bus tingkat wisata. Warga yang ikut dalam uji coba itu merasa terkesan, tetapi juga memberikan catatan atas bus tersebut.Uji coba itu antara lain diikuti oleh anggota Association of the Indonesian Tours & Travel Agencies (ASITA) DKI Jakarta. Tetty Arianto (45), salah satu anggota Asita yang diundang Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta untuk ikut serta dalam uji coba, memuji keberadaan bus tersebut."Rata-rata di kota besar memang sudah seharusnya memiliki ini (bus tingkat pariwisata). Thank you, Pak Jokowi, Pak Ahok," katanya sembari mengangkat kedua jempol kepada Kompas.com, Kamis (20/2/2014) siang.Menurut Tetty, perusahaan travel tempatnya bekerja perlu menguji coba bus tersebut. Dengan demikian, mereka dapat menceritakan kepada klien mereka yang sebagian besar adalah turis asing. "Kita ini kan bisnis tidak kelihatan, jadi harus coba dulu sebelum kita ceritakan ke klien," ujarnya. Kasriyono (50), seorang karyawan, menyempatkan diri untuk mencoba bus tingkat wisata saat melaju dari pintu barat Monumen Nasional. Kasriyono cukup puas saat naik bus itu. Menurutnya, tempat duduknya sudah nyaman, AC-nya pun dingin. Namun, ia menyayangkan plafon di lantai atas bus terlalu pendek."Deck-nya kurang tinggi, kalau bule jalan bisa mentok. Tingginya perlu disesuaikan," katanya kepada Kompas.com.Menurut Kasriyono, posisi kamera CCTV di tengah plafon bus bisa jadi mengganggu penumpang jangkung yang sedang berjalan. Jika penumpang tidak memperhatikan keberadaan kamera tersebut, kepalanya bisa terantuk kamera.Sopir bus tersebut, Sumiyati (43) mengatakan, tinggi plafon bus ini sudah dihitung dan diperkirakan dengan cermat. "Kalau lebih tinggi lagi nanti enggak bisa lewat jembatan. Kan biasanya itu (jembatan) tingginya 5 meter. Rambu-rambu di jalan juga sama," ujarnya.Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta Arie Budhiman memastikan bahwa bus wisata tersebut sudah memenuhi standar internasional. Bus itu juga sudah lulus sertifikasi dari Kementerian Perhubungan.Uji coba bus dilaksanakan untuk membiasakan para petugas melayani penumpang di dalam bus. Bus double decker itu diuji coba hingga Minggu (23/2/2014). Pada Senin keesokan harinya, kelima bus wisata tersebut akan berkeliling Jakarta dan dioperasikan untuk umum.Rute yang ditempuh mulai dari Bundaran Hotel Indonesia (HI)-Sarinah-Museum Nasional-Halte Santa Maria-Pasar Baru-Gedung Kesenian Jakarta-Masjid Istiqlal-Istana Merdeka-Monas-Balaikota-Sarinah, dan kembali ke Bundaran HI. Bus hanya akan berhenti di setiap halte untuk menaikkan dan menurunkan penumpang. (Andri Donnal Putera)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Warga sambut positif bus tingkat wisata di Jakarta
JAKARTA. Pekan ini Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta menguji coba pengoperasian bus tingkat wisata. Warga yang ikut dalam uji coba itu merasa terkesan, tetapi juga memberikan catatan atas bus tersebut.Uji coba itu antara lain diikuti oleh anggota Association of the Indonesian Tours & Travel Agencies (ASITA) DKI Jakarta. Tetty Arianto (45), salah satu anggota Asita yang diundang Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta untuk ikut serta dalam uji coba, memuji keberadaan bus tersebut."Rata-rata di kota besar memang sudah seharusnya memiliki ini (bus tingkat pariwisata). Thank you, Pak Jokowi, Pak Ahok," katanya sembari mengangkat kedua jempol kepada Kompas.com, Kamis (20/2/2014) siang.Menurut Tetty, perusahaan travel tempatnya bekerja perlu menguji coba bus tersebut. Dengan demikian, mereka dapat menceritakan kepada klien mereka yang sebagian besar adalah turis asing. "Kita ini kan bisnis tidak kelihatan, jadi harus coba dulu sebelum kita ceritakan ke klien," ujarnya. Kasriyono (50), seorang karyawan, menyempatkan diri untuk mencoba bus tingkat wisata saat melaju dari pintu barat Monumen Nasional. Kasriyono cukup puas saat naik bus itu. Menurutnya, tempat duduknya sudah nyaman, AC-nya pun dingin. Namun, ia menyayangkan plafon di lantai atas bus terlalu pendek."Deck-nya kurang tinggi, kalau bule jalan bisa mentok. Tingginya perlu disesuaikan," katanya kepada Kompas.com.Menurut Kasriyono, posisi kamera CCTV di tengah plafon bus bisa jadi mengganggu penumpang jangkung yang sedang berjalan. Jika penumpang tidak memperhatikan keberadaan kamera tersebut, kepalanya bisa terantuk kamera.Sopir bus tersebut, Sumiyati (43) mengatakan, tinggi plafon bus ini sudah dihitung dan diperkirakan dengan cermat. "Kalau lebih tinggi lagi nanti enggak bisa lewat jembatan. Kan biasanya itu (jembatan) tingginya 5 meter. Rambu-rambu di jalan juga sama," ujarnya.Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta Arie Budhiman memastikan bahwa bus wisata tersebut sudah memenuhi standar internasional. Bus itu juga sudah lulus sertifikasi dari Kementerian Perhubungan.Uji coba bus dilaksanakan untuk membiasakan para petugas melayani penumpang di dalam bus. Bus double decker itu diuji coba hingga Minggu (23/2/2014). Pada Senin keesokan harinya, kelima bus wisata tersebut akan berkeliling Jakarta dan dioperasikan untuk umum.Rute yang ditempuh mulai dari Bundaran Hotel Indonesia (HI)-Sarinah-Museum Nasional-Halte Santa Maria-Pasar Baru-Gedung Kesenian Jakarta-Masjid Istiqlal-Istana Merdeka-Monas-Balaikota-Sarinah, dan kembali ke Bundaran HI. Bus hanya akan berhenti di setiap halte untuk menaikkan dan menurunkan penumpang. (Andri Donnal Putera)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News