KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di sebuah desa kecil di India Selatan bernama Thulasendrapuram, kegembiraan meluap-luap meskipun jarak antara desa ini dan Gedung Putih sangat jauh. Desa ini merasa memiliki ikatan khusus dengan kandidat presiden Amerika Serikat, Kamala Harris, karena keluarga ibunya, Shyamala Gopalan, berasal dari desa ini. Shyamala, seorang ahli kanker yang pindah ke Amerika Serikat, meninggalkan jejak yang mendalam di desa tersebut, yang kini merasa bangga atas keberhasilan cucunya yang mungkin akan menjadi presiden AS.
Perayaan di Desa Thulasendrapuram
Masyarakat desa Thulasendrapuram, yang berjumlah sekitar 500 orang, merayakan kabar baik ini dengan antusias. Sebuah billboard besar yang menampilkan wajah tersenyum Kamala Harris dipasang di desa, menggambarkan politisi berusia 59 tahun tersebut sebagai "putri dari tanah ini." Di kuil Hindu setempat, tempat keluarga ibu Harris pernah memberikan donasi, diadakan upacara doa khusus untuk mendukung Harris dalam menghadapi pemilihan presiden AS yang akan datang. Maya Ramamoorthi, seorang penduduk desa, menyatakan kebanggaannya atas keterkaitan desa mereka dengan Harris. Ia mengungkapkan bahwa seluruh desa merasakan kebanggaan karena seseorang yang memiliki leluhur dari desa ini mungkin akan menjadi presiden Amerika Serikat, salah satu posisi paling berpengaruh di dunia. Ramamoorthi menambahkan bahwa mereka sedang membagikan manisan dan merayakan kabar baik ini dengan penuh sukacita.
Baca Juga: Kampanye Kamala Harris Jadi Target Peretas Asing Dampak Kamala Harris pada Diaspora India di Amerika
Kenaikan Harris dari Wakil Presiden di bawah pemerintahan Joe Biden hingga pencalonannya sendiri sebagai presiden dianggap sebagai momen bersejarah bagi diaspora India yang berjumlah lima juta orang di Amerika Serikat. Ramamoorthi juga menyoroti bahwa Harris adalah orang India pertama yang menduduki posisi setinggi Wakil Presiden, sebuah pencapaian yang belum pernah diraih oleh siapa pun yang memiliki darah India dalam sejarah politik Amerika. Keberhasilan Kamala Harris dan sejumlah tokoh India-Amerika lainnya menunjukkan peningkatan pengaruh komunitas India di Amerika Serikat. Selain Harris, Usha Chilukuri Vance, istri dari calon Wakil Presiden dari Partai Republik, J.D. Vance, juga menjadi sorotan. Ia dianggap berjasa dalam menggerakkan kesuksesan suaminya. Selain itu, perhatian juga tertuju pada Nikki Haley, mantan duta besar AS untuk PBB, dan Vivek Ramaswamy, mantan eksekutif di industri farmasi, yang juga mencalonkan diri sebagai kandidat presiden dari Partai Republik sebelum akhirnya Trump terpilih sebagai kandidat.
Representasi India di Arena Politik Internasional
Di belahan dunia lain, Rishi Sunak menjadi pemimpin pertama di Inggris yang berdarah India. Keberhasilan ini, menurut Akhil Goyal, seorang pengacara yang berbasis di New Delhi, adalah bentuk kekuatan lunak (
soft power) India yang mencerminkan keberhasilan warga keturunan India di masyarakat internasional. Tidak hanya di bidang politik, warga keturunan India juga berhasil dalam dunia bisnis, dengan beberapa di antaranya menduduki posisi puncak di perusahaan besar seperti Sundar Pichai, CEO Google, dan Satya Nadella, CEO Microsoft. Kesuksesan ini menandakan bahwa orang-orang keturunan India mulai membuat dampak yang signifikan di dunia politik setelah sebelumnya mendominasi sektor bisnis. Shalini Seth dari American-India Foundation menjelaskan bahwa generasi pertama imigran India di AS sibuk mencari pekerjaan, memenuhi kebutuhan keluarga, dan berkontribusi pada komunitas. Namun, generasi selanjutnya mendapatkan pendidikan di universitas-universitas terkemuka di AS, yang juga membuat mereka lebih fasih berbahasa Inggris, sehingga menurunkan hambatan mereka untuk terlibat dalam politik.
Baca Juga: Begini Reaksi Pemimpin Bisnis dan Politisi AS Terhadap Percakapan Elon Musk dan Trump Perspektif Komunitas India-Amerika Terhadap Kamala Harris
Namun, tidak semua orang dalam komunitas India-Amerika merasa bahwa kemenangan Harris akan berdampak besar pada kebijakan luar negeri AS terhadap India atau komunitas India-Amerika itu sendiri. Mukesh Saxena, seorang pekerja IT berusia 42 tahun yang berbasis di Virginia, berpendapat bahwa meskipun Harris memiliki warisan India dan ikatan keluarga dengan negara tersebut, tidak ada indikasi bahwa kepresidenannya akan mengubah arah hubungan AS-India secara signifikan. Saxena juga menyebutkan bahwa Harris tidak terlalu memanfaatkan identitas Indianya dan bahwa portofolio kebijakan yang ia miliki tidak terlalu fokus pada India. Oleh karena itu, ia menekankan agar komunitas India-Amerika menjaga ekspektasi mereka tetap realistis.
Editor: Handoyo .