KONTAN.CO.ID - Keputusan Tiongkok untuk menyesuaikan insentif pajak emas tidak hanya dapat memicu dampak pasar dalam jangka pendek, tetapi juga berpotensi menimbulkan efek struktural pada industri emas di negara tersebut. Hal tersebut berdasarkan analisis dari UBS. Mengutip
Investing.com, pada akhir pekan lalu, Tiongkok mengubah insentif pajak emasnya, yang meningkatkan biaya bagi para pemroses
(processor). Perusahaan yang membeli emas dari Shanghai Gold Exchange (SGE) untuk pembuatan perhiasan atau penggunaan industri kini hanya dapat mengimbangi
(offset) 6% dari total Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 13%.
Ini secara efektif menaikkan biaya input sebesar 7%, dibandingkan ketika emas sebelumnya dibebaskan dari pajak secara penuh. Perusahaan yang bukan anggota bursa akan menghadapi aturan yang sama, terlepas dari tujuan akhir penggunaan emas mereka. Langkah ini dilakukan setelah Tiongkok baru-baru ini menghapus pembebasan pajak untuk platinum dan tampaknya bertujuan untuk menyelaraskan rezim pajak logam mulia.
Baca Juga: Konsumsi Emas Negara Tetangga RI Ini Pecahkan Rekor Asia Tenggara: 55 Ton Setahun "Meskipun ada aturan baru, emas masih menikmati keuntungan pajak sebesar 6% dibandingkan logam mulia lain yang dikenakan PPN penuh 13%," kata ahli strategi UBS, Joni Teves. Emas yang dibeli dari SGE atau Shanghai Futures Exchange untuk tujuan investasi akan tetap dibebaskan dari PPN. Teves mengatakan ini berarti produk investasi emas seperti ETF emas (Exchange Traded Funds) akan terus menikmati perlakuan pajak yang menguntungkan, menyelaraskan Tiongkok dengan rezim di AS, Inggris, Swiss, dan pasar lainnya. Ia berpendapat bahwa "reaksi spontan pasar kemungkinan akan negatif," terutama di tengah kemunduran harga emas global baru-baru ini, tetapi menambahkan bahwa "ada lebih banyak hal di balik semua ini."
Baca Juga: Strategi Starbucks di Tiongkok: Jual 60% Saham ke Perusahaan Lokal, Apa Untungnya? Ahli strategi tersebut memperkirakan efek bersihnya adalah biaya yang lebih tinggi untuk konsumsi emas perhiasan dan industri, meskipun dampaknya mungkin terbatas mengingat permintaan perhiasan "sudah berada di bawah tekanan ekstrem karena harga emas yang tinggi." Ia percaya keuntungan pajak berkelanjutan untuk emas investasi kemungkinan akan memperpanjang minat kuat yang terlihat dalam beberapa tahun terakhir, menggeser permintaan lebih lanjut ke arah produk investasi. Pengaturan baru ini juga dapat mendorong lebih banyak perusahaan untuk menjadi anggota bursa emas Tiongkok, yang dapat meningkatkan likuiditas, kedalaman, serta transparansi di pasar emas domestik.
Tonton: BREAKING NEWS! Harga Emas Mengerek Laju Inflasi Oktober Menjadi 0,28% Kesimpulan:
Keputusan Tiongkok untuk merevisi insentif PPN emas, yang secara efektif menaikkan biaya input sebesar 7% bagi produsen perhiasan dan emas industri, dipandang UBS sebagai upaya untuk menyelaraskan rezim pajak logam mulia sambil menjaga keuntungan kompetitif emas. Meskipun langkah ini berpotensi memicu reaksi negatif di pasar jangka pendek dan menekan permintaan perhiasan yang harganya sudah tinggi, manfaat pajak yang dipertahankan untuk emas investasi (seperti ETF) diperkirakan akan semakin mengalihkan minat investor ke produk digital.
Selain itu, aturan baru ini diharapkan dapat mendorong lebih banyak perusahaan bergabung dengan bursa emas Tiongkok, yang pada akhirnya akan meningkatkan likuiditas dan transparansi pasar domestik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News