KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Warren Buffett terkenal dengan kebijaksanaannya dalam mengambil langkah yang berlawanan dengan mayoritas pasar. Ungkapannya yang populer, "Takutlah ketika orang lain serakah, dan serakahlah ketika orang lain takut," menjadi pedoman dalam strateginya. Pada tahun 2024, Buffett kembali membuat gebrakan dengan menjual sejumlah saham besar dari portofolio Berkshire Hathaway, meskipun banyak analis tetap optimistis terhadap beberapa di antaranya.
Saham-Saham yang Dijual Warren Buffett di Kuartal Kedua 2024
Selama kuartal kedua tahun 2024, Buffett dan tim investasinya menjual 11 saham dari portofolio Berkshire Hathaway. Penjualan terbesar yang menarik perhatian investor adalah saham Apple (NASDAQ: AAPL), di mana Buffett hampir mengurangi setengah kepemilikannya. Ini cukup mengejutkan mengingat Buffett telah lama memuji bisnis dan manajemen Apple.
Buffett juga melanjutkan penjualan saham Bank of America (NYSE: BAC). Meskipun saham ini masih menjadi kepemilikan terbesar ketiga dalam portofolio Berkshire, Buffett tampaknya tidak lagi seantusias sebelumnya terhadap bank besar tersebut.
Baca Juga: Siapa Sangka, Warren Buffett Dahulu Seorang Introvert Takut Berbicara di Depan Umum Chevron (NYSE: CVX) adalah saham lain yang dijual oleh Buffett pada kuartal kedua. Berkshire mengurangi 3,6% kepemilikannya di perusahaan minyak dan gas ini, yang tetap menjadi posisi terbesar kelima dalam portofolio mereka. Selain itu, ada beberapa penjualan minor yang mencakup pengurangan dua digit dalam saham Capital One Financial (NYSE: COF), Floor & Decor (NYSE: FND), dan T-Mobile US (NASDAQ: TMUS). Buffett juga mengurangi posisinya di Liberty Media Class A, Liberty Media Class C, dan Louisiana-Pacific (NYSE: LPX). Yang menarik, Buffett memutuskan untuk sepenuhnya keluar dari dua saham di kuartal kedua 2024, yaitu Paramount Global (NASDAQ: PARA) dan Snowflake (NYSE: SNOW).
Optimisme Wall Street terhadap Saham yang Dijual Buffett
Meskipun Buffett memutuskan untuk menjual sebagian besar saham ini, Wall Street tetap optimis terhadap salah satunya, yaitu Snowflake. Banyak analis percaya bahwa saham perusahaan perangkat lunak berbasis cloud ini memiliki potensi untuk naik sekitar 45% dalam 12 bulan mendatang. Menurut survei yang dilakukan oleh LSEG pada September 2024, dari 44 analis yang meliput Snowflake, tujuh memberikan peringkat "beli kuat" (strong buy), 23 memberikan peringkat "beli," 12 merekomendasikan untuk "menahan," dan dua lainnya memberi peringkat "kinerja buruk" (underperform).
Baca Juga: Aksi Jual Saham Bank of America Milik Warren Buffett Lampaui US$10 Miliar Mengapa Wall Street Optimis terhadap Snowflake?
Snowflake dikenal dengan pertumbuhan pendapatan yang kuat. Pada kuartal kedua 2024, pendapatan perusahaan meningkat 29% dari tahun ke tahun menjadi US$868,8 juta, dengan pendapatan produk melonjak 30% menjadi US$829,3 juta. Pertumbuhan pelanggan yang membelanjakan lebih dari US$1 juta dalam produk Snowflake juga naik 28%, dan tingkat retensi pendapatan bersih perusahaan mencapai angka tinggi 127%. Yang lebih menarik bagi analis adalah prospek pertumbuhan Snowflake di masa depan. Pasar potensial untuk platform perangkat lunaknya diperkirakan akan lebih dari dua kali lipat antara tahun 2023 hingga 2028, dengan nilai mencapai US$342 miliar. Dengan meningkatnya kebutuhan perusahaan untuk mengelola data dan memanfaatkan kecerdasan buatan (AI), Snowflake berada di posisi yang tepat untuk memanfaatkan tren ini.
Warren Buffett vs. Wall Street: Siapa yang Benar tentang Snowflake?
Optimisme Wall Street terhadap Snowflake masuk akal, terutama mengingat fokus perusahaan pada produk Data Cloud yang memungkinkan konsolidasi data guna mendukung strategi AI. Seperti yang dikatakan Snowflake dalam presentasi terbarunya, "Tidak ada strategi AI tanpa strategi data." Ini menggambarkan potensi besar yang dimiliki perusahaan dalam industri ini. Namun, di sisi lain, keputusan Buffett untuk menjual saham Snowflake juga memiliki alasan yang kuat. Berkshire Hathaway pertama kali berinvestasi dalam IPO Snowflake pada tahun 2020 dengan harga US$120 per saham.
Baca Juga: Warren Buffett Dikabarkan Mengincar Saham Bank dan Asuransi Jepang Setelah mengalami lonjakan besar, harga saham Snowflake mengalami penurunan tajam pada tahun 2024, yang memungkinkan Berkshire untuk mengunci keuntungan dengan menjualnya. Selain itu, saham Snowflake relatif mahal, terutama jika dilihat dari sudut pandang Buffett. Dengan rasio harga terhadap pendapatan masa depan yang mencapai 135 kali, dan rasio PEG (Price-to-Earnings-to-Growth) sebesar 1,96, saham ini mungkin tampak terlalu mahal bagi Buffett, yang cenderung menghindari saham dengan valuasi yang sangat tinggi. Meski Wall Street memperkirakan harga saham Snowflake akan melonjak 45% dalam 12 bulan ke depan, Buffett mungkin tidak akan menyesali keputusannya untuk menjual saham tersebut saat dia melakukannya.
Editor: Handoyo .