KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menjelang berakhirnya era kepemimpinan Warren Buffett di Berkshire Hathaway, perhatian investor global kembali tertuju pada salah satu indikator pasar saham favorit sang legenda investasi: Buffett Indicator. Indikator ini kini berada di level tertinggi sepanjang sejarah, memicu kekhawatiran akan potensi koreksi pasar saham dalam waktu ke depan. CEO Berkshire Hathaway, Warren Buffett (BRK-B), yang kini berusia 95 tahun, akan secara resmi menyerahkan tongkat estafet kepemimpinan kepada Greg Abel pada Rabu mendatang. Serah terima ini menandai akhir dari karier investasi legendaris Buffett, yang selama puluhan tahun dikenal sebagai ikon value investing dunia.
Selama masa kepemimpinannya, Buffett mencatatkan berbagai pencapaian besar, mulai dari mengakuisisi perusahaan kereta api raksasa Burlington Northern Santa Fe, menjalin persahabatan erat dengan pendiri Microsoft Bill Gates, hingga secara konsisten menyampaikan kebijaksanaan investasi melalui surat tahunan kepada para pemegang saham Berkshire Hathaway.
Baca Juga: Warren Buffett Resmi Pensiun sebagai CEO Berkshire Hathaway pada 31 Desember 2025 “Budaya Berkshire itu sebenarnya sederhana,” ujar Howard Buffett, putra Warren Buffett, dalam wawancara pada 2024 di podcast Yahoo Finance’s Opening Bid Unfiltered. “Anda melakukan apa yang Anda janjikan, tepat waktu, jujur, dan bertanggung jawab atas kesalahan yang dibuat.” tambahnya. Howard Buffett sendiri diproyeksikan akan menggantikan ayahnya sebagai Chairman Berkshire Hathaway.
Buffett Indicator dan Sinyal Bahaya Valuasi Saham
Salah satu warisan intelektual Buffett yang paling banyak dikutip investor adalah Buffett Indicator, sebuah ukuran valuasi pasar saham yang membandingkan Wilshire 5000 Index yang merepresentasikan total pasar saham AS dengan Produk Domestik Bruto (PDB) tahunan Amerika Serikat. Indikator ini pertama kali dipopulerkan melalui artikel di Fortune Magazine tahun 2001 yang ditulis oleh Buffett bersama jurnalis senior Fortune, Carol Loomis. “Rasio ini memiliki keterbatasan tertentu dalam memberi gambaran lengkap,” tulis Buffett kala itu. “Namun, ini mungkin merupakan ukuran tunggal terbaik untuk menilai tingkat valuasi pasar pada suatu waktu.” Saat ini, Buffett Indicator berada di kisaran 221,4%, melonjak sekitar 22% dibandingkan posisi akhir April, berdasarkan data GuruFocus. Level ini merupakan yang tertinggi sejak data dicatat pada 1970, dan belum pernah terjadi sebelumnya. Lonjakan tersebut terutama dipicu oleh booming kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), yang mendorong valuasi saham teknologi ke level ekstrem. Kondisi ini mengindikasikan bahwa pasar saham AS berpotensi mengalami koreksi sehat (pullback), bahkan diperkirakan bisa terjadi pada awal 2026.
Euforia AI Dorong Pasar Saham
Indeks S&P 500 (^GSPC) telah melonjak hampir 17% sepanjang tahun berjalan, didorong oleh optimisme tinggi terhadap prospek laba perusahaan-perusahaan berbasis AI. Para analis pun berlomba-lomba merevisi naik proyeksi keuntungan emiten, yang pada akhirnya menopang reli harga saham.
Baca Juga: Buffett Angkat Peran Jack Bogle, Tokoh di Balik Revolusi Investasi Indeks Global Menariknya, meski dikenal sebagai investor nilai yang konservatif, Buffett tetap mengambil posisi pada masa depan AI. Berkshire Hathaway hingga kini mempertahankan kepemilikan saham di Apple (AAPL), Amazon (AMZN), serta baru-baru ini Alphabet (GOOGL), induk perusahaan Google.
Warisan Abadi Sang Legenda Investasi
Ke mana pun arah pasar saham bergerak setelah ini, satu hal tak terbantahkan: dampak Warren Buffett terhadap dunia investasi bersifat abadi. “Saya pikir Warren Buffett adalah GOAT-nya kapitalisme,” ujar Dan Sheridan, CEO Brooks Running, dalam wawancara Opening Bid pada Oktober lalu. “Ada begitu banyak panduan dan kebijaksanaan yang kita dapatkan dari Warren selama bertahun-tahun.”
Berkshire Hathaway mengakuisisi Brooks Running pada 2006. Setiap tahun dalam rapat umum pemegang saham Berkshire yang legendaris, Brooks bahkan merilis sepatu edisi khusus bergambar wajah Warren Buffett dan mendiang mitra bisnisnya, Charlie Munger. Seiring Buffett “berkuda menuju matahari terbenam”, para investor kini dihadapkan pada satu pesan penting dari indikator favorit sang maestro: pasar saham mungkin sedang berada di zona valuasi yang sangat mahal, dan kehati-hatian menjadi kunci di era pasca-Buffett.