KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Warren Buffett, CEO dari Berkshire Hathaway (NYSE: BRK.A)(NYSE: BRK.B), telah menjadi legenda di dunia investasi. Selama hampir enam dekade, Buffett telah mencatatkan kinerja yang luar biasa, dengan pengembalian kumulatif dari saham Kelas A perusahaannya mencapai hampir 5.500.000% per 23 Agustus 2024. Dalam kurun waktu yang sama, Buffett telah mengungguli indeks-indeks utama seperti Dow Jones Industrial Average, S&P 500, dan Nasdaq Composite, menjadikan strategi investasinya sebagai panutan bagi banyak investor.
Investasi Minyak: Keputusan Strategis di Tengah Volatilitas Pasar
Dalam beberapa tahun terakhir, meskipun Buffett terkenal dengan prinsipnya untuk tidak bertaruh melawan Amerika Serikat, langkah-langkah investasi jangka pendeknya tidak selalu sejalan dengan pandangannya dalam jangka panjang.
Selama tujuh kuartal terakhir yang berakhir pada 30 Juni, tim investasi dinamis di Berkshire Hathaway, termasuk Buffett, Todd Combs, dan Ted Weschler, telah menjadi penjual bersih ekuitas dengan total nilai lebih dari US$131,6 miliar. Saham Apple, yang merupakan kepemilikan terbesar Berkshire, telah dijual lebih dari 500 juta lembar sejak Oktober 2023. Namun, di tengah selektivitasnya dalam membeli saham, Buffett secara konsisten menambah kepemilikannya di perusahaan minyak dan gas terintegrasi, Occidental Petroleum (NYSE: OXY). Sekitar 10% dari portofolio investasi Berkshire senilai US$315 miliar terikat pada saham energi, terutama Occidental dan Chevron.
Baca Juga: Warren Buffett Baru Saja Menjual Saham Jumbo, Apa Implikasi Terhadap Tagihan Pajak? Ini merupakan perubahan signifikan dari strategi investasi tradisional Buffett, di mana saham energi jarang menjadi komponen utama portofolionya dalam 25 tahun terakhir. Sejak awal 2022, Buffett telah mengawasi pembelian lebih dari 255 juta saham Occidental Petroleum. Pembelian ini didorong oleh pengetatan pasokan minyak mentah global yang disebabkan oleh pengurangan belanja modal (capex) selama pandemi COVID-19. Meskipun belanja modal telah kembali normal, beberapa tahun pengurangan investasi telah memperketat pasokan global dan mendukung kenaikan harga minyak mentah. Occidental, yang menghasilkan persentase pendapatan lebih tinggi dari pengeboran dibandingkan operator terintegrasi lainnya, lebih sensitif terhadap perubahan harga minyak mentah dan diprediksi akan mendapat keuntungan dari kondisi ini.
Pendekatan Strategis untuk Meningkatkan Nilai Pemegang Saham
Di luar pembelian saham Occidental, Buffett juga melakukan aksi pembelian saham yang tidak tercatat dalam laporan 13F kuartalan Berkshire Hathaway, yaitu saham perusahaannya sendiri. Sejak Juli 2018, ketika dewan perusahaan merevisi ketentuan buyback saham, Buffett telah memanfaatkan peluang ini untuk membeli kembali saham Berkshire Hathaway selama 24 kuartal berturut-turut. Sebelum revisi kebijakan pada Juli 2018, buyback saham dibatasi pada kondisi di mana saham Berkshire diperdagangkan pada atau di bawah 120% dari nilai buku. Ketika saham Berkshire jarang diperdagangkan di bawah ambang batas ini, buyback saham tidak dilakukan. Namun, perubahan kebijakan buyback pada 2018 memungkinkan Buffett dan Charlie Munger, yang saat itu menjadi tangan kanannya, untuk melakukan pembelian kembali saham tanpa batasan, selama dua kondisi utama terpenuhi:
- Berkshire Hathaway memiliki setidaknya US$30 miliar dalam bentuk kas, setara kas, dan obligasi pemerintah AS di neracanya.
- Buffett dan sebelumnya Munger, percaya bahwa saham tersebut diperdagangkan di bawah nilai intrinsiknya.
Dengan kas sebesar US$277 miliar pada akhir Juni 2024, Buffett telah melanjutkan buyback saham Berkshire dengan keyakinan penuh. Selama kuartal kedua 2024 saja, Buffett melakukan pembelian kembali saham senilai sekitar US$345 juta, sehingga total buyback saham Berkshire Hathaway mencapai hampir US$78 miliar selama 24 kuartal terakhir.
Baca Juga: Warren Buffett Kini Miliki 27 Juta Saham di Perusahaan Ini, Tertarik Ikuti Jejaknya? Pentingnya Buyback Saham untuk Nilai Pemegang Saham
Alasan utama di balik penekanan besar pada buyback saham oleh Buffett dan timnya adalah untuk meningkatkan secara bertahap kepemilikan pemegang saham yang sudah ada. Ini sejalan dengan etos jangka panjang yang telah dikampanyekan oleh Buffett dan Munger selama beberapa dekade. Pengurangan bertahap jumlah saham yang beredar melalui buyback juga berpotensi meningkatkan laba per saham (EPS) perusahaan, tidak termasuk variasi dalam keuntungan/kerugian investasi yang belum terealisasi. Perusahaan dengan pendapatan bersih yang stabil seperti Berkshire Hathaway dapat dipandang lebih menarik secara fundamental oleh investor berkat program buyback ini. Meskipun saham Berkshire Hathaway mahal berdasarkan standar historisnya (diperdagangkan pada 162% dari nilai buku per 23 Agustus 2024) kas sebesar hampir US$277 miliar memberikan Buffett cukup alasan untuk terus membeli kembali saham favoritnya.
Editor: Handoyo .