Warung Pintar mengembalikan hakikat warung



KONTAN.CO.ID - Di tengah tren ekonomi dan gaya hidup serba digital seperti sekarang, eksistensi warung bisa dibilang kian meredup. Tak sedikit toko kelontong terpaksa gulung tikar lantaran tak sanggup bersaing dengan jaringan ritel modern semacam minimarket.

Sebagai bentuk usaha mikro yang jumlahnya sangat banyak di Indonesia, warung tetap menyimpan potensi yang besar. Masyarakat di banyak daerah masih mengandalkan warung sebagai tempat membeli kebutuhan sehari-hari. Bahkan, tempat bercengkerama berteman segelas teh atau kopi.

Peluang ini lantas menggerakkan Agung Bezharie untuk mengembangkan warung dengan sentuhan teknologi. “Kebanyakan perusahaan teknologi mengincar kalangan menengah ke atas. Sedikit sekali yang mau fokus ke segmen menengah ke bawah, padahal masyarakatnya paling banyak,” katanya.


Oktober 2017 lalu, bersama perusahaan modal ventura East Ventures, Agung merintis usaha bertajuk Warung Pintar. Tujuannya, membuat warung-warung di tanah air lebih modern.

Caranya, memodifikasi pengelolaan warung dengan tiga landasan: teknologi internet of things (IoT), analisis big data, dan blockchain. “Dengan memberi akses teknologi kepada para pemilik warung, mereka menjadi punya kesempatan lebih besar untuk mengembangkan bisnis,” ungkap Agung yang sekarang menjabat Chief Executive Officer (CEO) Warung Pintar.

Warung yang bermitra dengan Warung Pintar akan “dipersenjatai”dengan sistem digital pada setiap rantai bisnisnya. Tahap pembelian barang, penjualan, hingga pengawasan warung bakal dipandu sistem yang merupakan kolaborasi Warung Pintar dengan startup aplikasi bergerak lain yang menjadi portofolio investasi East Ventures.

Contoh, untuk membeli stok barang dagangan, pemilik warung tak perlu lagi berbelanja secara berkala ke pasar atau agen barang. Cukup menggunakan aplikasi marketplace Do-Cart yang memungkinkan pemilik warung memesan secara online dan menunggu barang diantar langsung ke toko.

Dari sisi penjualan, pemilik warung bisa mendapat tambahan pendapatan (revenue stream), dengan menjual produk-produk digital yang sebelumnya tidak terjangkau. Warung Pintar bekerjasama dengan aplikasi Kudo, agar warung dapat melayani pembelian pulsa, paket data, top-up saldo transportasi daring, tiket kereta, dan pembayaran tagihan listrik.

Mudah berkembang

Selain itu, untuk memastikan bisnis berjalan ideal, pemilik warung akan diajarkan untuk memanfaatkan aplikasi Jurnal buat mencatat data ritel dan keuangan toko secara terperinci juga sistematis.

Proses pencatatan pun jadi lebih mudah karena di setiap Warung Pintar bakal dipasang sistem kasir MokaPOS, lengkap dengan mesin scanner dan barcode untuk setiap barang. Alhasil, jumlah dan nilai transaksi barang dalam sehari sudah terdokumentasi langsung di aplikasi.

Selama ini, Agung berpendapat, warung sulit berkembang karena pemiliknya tidak punya kapasitas pengetahuan bisnis yang memadai. Pemilik warung jarang mengawasi aliran pemasukan dan pengeluaran secara detail, memetakan barang-barang mana yang paling laris, termasuk menghitung naik turunnya keuntungan maupun kerugian setiap minggu.

Tambah lagi, pemilik warung tidak melakukan penghitungan stok (stock opname) dan manajemen persediaan barang yang sebenarnya krusial buat pertumbuhan warung. “Kami mau memberdayakan pemilik warung, supaya mampu melakukan semua ini dengan bantuan teknologi,” ujar Agung.

Pandu Kartika Putra, Head of Business Warung Pintar, menjelaskan, ada dua skema bisnis yang ditawarkan startup-nya.

Pertama, untuk pemilik modal yang ingin membuat bisnis warung berkonsep Warung Pintar. Investor cukup menyetorkan dana awal yang akan digunakan untuk membangun seluruh komponen warung dan menerima pemasukan setiap bulan.

Warung, stok barang, sistem digital dan fitur warung, hingga pengelola warung bakal diurus oleh tim Warung Pintar. “Kami menargetkan investor warung bisa balik modal dalam jangka 10–12 bulan,” terang pria yang pernah membangun startup Code4Nation ini.

Kedua, untuk para pemilik warung yang ingin meningkatkan penghasilan dengan konsep Warung Pintar. Dengan modal berkisar Rp 38 juta–Rp 50 juta dan bisa dicicil, warung yang menjadi mitra akan direvitalisasi sesuai dengan standar Warung Pintar.

Selain stok awal barang dagangan, pemilik warung bakal menerima fitur meliputi televisi LCD, kulkas, dispenser, kompor, juga kursi. Fitur digital, seperti CCTV, scanner, mesin kasir, router Wi-Fi, dan tablet tersedia bersifat pinjaman gratis.

Tak hanya dukungan fitur dan sistem digital di awal, Pandu menuturkan, Warung Pintar juga akan mendampingi mitra-mitra warung secara kontinu. Setelah memberi sosialisasi pengoperasian kepada para pemilik dan penjaga, tim Warung Pintar akan ikut membantu merancang program dan promosi untuk meramaikan toko.

Salah satu strateginya adalah, membagikan materi promosi, seperti program nonton bareng pertandingan bola atau gratis gorengan di waktu tertentu, lewat grup dan media sosial komunitas pengemudi transportasi daring. Soalnya, Warung Pintar di beberapa titik kini menjadi tempat para supir transportasi daring untuk berkumpul dan beristirahat.

Pandu menjelaskan, fenomena ramainya pengemudi transportasi daring menjadi peluang bagi mitra Warung Pintar. Pengemudi bisa menunggu sambil mengisi daya baterai ponsel pintar, menggunakan jaringan Wi-Fi warung, juga makan dan minum. “Dengan fasilitas memadai seperti ini, mereka pasti lebih pilih ke Warung Pintar daripada mangkal di pinggir jalan,” imbuh Pandu.

Warung Pintar optimistis, setiap mitra warungnya mampu memperoleh keuntungan hingga Rp 6 juta per bulan. Nanti, Warung Pintar juga menerapkan insentif untuk setiap mitra warung yang menunjukkan performa penjualan yang bagus saban bulan. “Poin tersebut dapat diakumulasi dan menjadi pemasukan tambahan bagi para pemilik warung yang nilainya bisa cukup untuk biaya umrah lah,” ungkap Pandu.

Tambah terus

Akhir Februari nanti, jumlah Warung Pintar genap menjadi 12 unit. Sementara lokasinya masih di wilayah Jabodetabek, seperti Kuningan, Menteng, Cipinang, Ciputat, serta Serpong. Bentuk warung yang sejauh ini menjadi mitra juga beragam, mulai gerobak, warung boks, hingga toko sederhana.

Memang, Pandu mengaku, bukan perkara mudah untuk meyakinkan para pemilik warung agar mau mengadopsi konsep Warung Pintar. “Biasanya, mereka sudah telanjur nyaman dengan bentuk dan operasi warung yang selama ini sudah ada,” ujar dia.

Agung sepakat, pendekatan dan literasi pada pemilik warung menjadi tantangan tersendiri bagi tim Warung Pintar. Namun, pria 28 tahun ini percaya diri, Warung Pintar bisa mencapai jumlah 1.000 unit bahkan 100.000 unit di akhir tahun mendatang. “Esensi start-up, kan, hypergrowth, jadi kenapa enggak? Kami terus memperbarui strategi dan sejauh ini pertumbuhan Warung Pintar sangat memuaskan,” ucapnya.

Soal aspek yang dimonetisasi Warung Pintar dari bisnis ini, Agung menyebutkan, sumbernya cukup beragam. Misalnya, margin dari setoran modal awal investor atau mitra warung dan komisi dari beberapa pemasok barang dagangan yang berkongsi dengan Warung Pintar.

Saat ini, Warung Pintar juga telah menerima pendanaan yang berasal dari sejumlah investor. Sayangnya, berapa jumlah dan dari mana saja sumber investasi berasal belum bisa Agung sebutkan.

“Kami enggak terlalu mematok target untuk pendanaan investor. Justru, sekarang mau fokus supaya Warung Pintar terus tumbuh dan jumlahnya makin banyak. Otomatis, investor bakal tertarik,” ujar Agung yang sempat mengenyam pendidikan S2 di Institut Teknologi Bandung.

Saat ini, ada 24 orang yang bekerja dalam tim Warung Pintar. Selain Agung dan Pandu, ada pula Sofian Hadiwijaya, mantan Vice President of Business Intelligence Go-Jek yang kini menjabat sebagai Chief Technology Officer (CTO) Warung Pintar. Lalu, ada Harya Putra, bekas Expansion Head co-working space EV Hive, di posisi Chief Operational Officer (COO) Warung Pintar.

Agar semakin ekspansif, Warung Pintar sedang dalam proses menambah sumber daya manusia. Rencana merambah hingga keluar Jabodetabek pun diakui Agung sudah ada, meski masih belum ajeg strategi seperti apa yang akan digunakan untuk membuka Warung Pintar di kota-kota besar lain.

Agung dan tim Warung Pintar sadar, menghadirkan disrupsi pada sistem yang sudah lama berjalan seperti warung bukan perkara gampang. Tapi, Warung Pintar bertekad mengembalikan hakikat warung sebagai bagian dari ekonomi dan komunitas lokal. Tanpa sentuhan teknologi dan inklusi ekonomi, bukan tak mungkin warung bakal mati, pelan tapi pasti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: S.S. Kurniawan