KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dunia masih dihadapkan dengan penuh ketidakpastian. Bahkan, ketidakpastian tersebut berpotensi menyundut terjadinya krisis pangan dan energi, serta krisis utang di berbagai negara. Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad mengatakan, ketidakpastian tersebut membuat masyarakat di berbagai dunia juga ikut merasakan perekonomian yang tumbuh lebih rendah dari perkiraan sebelumnya. Risiko stagflasi dan guncangan ketidakpastian di pasar keuangan menjadi realitas yang sulit untuk dihindari.
Terlebih lagi Tauhid bilang, perang Rusia-Ukraina memiliki dampak yang berkepanjangan di mana harga komoditas berada pada level yang tinggi disertai dengan gangguan rantai pasok maupun aksi proteksionisme di berbagai negara. Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Belum Kuat, Ini yang akan Dilakukan BI "Implikasi pada kondisi di dalam negeri telah dirasakan selama satu tahun terakhir," ujar Tauhid dalam Sarasehan 100 Ekonomi Indonesia 2022, Rabu (7/9). Namun Tauhid membeberkan sisi positifnya, yaitu harga komoditas yang tinggi mendorong kinerja perdagangan dan surplus Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang semakin baik, serta pertumbuhan ekonomi yang berapa pada label yang cukup tinggi sebesar 5,4% pada Kuartal II-2022. Meski begitu, harga minyak global yang penuh ketidakpastian membuat pemerintah Indonesia terpaksa menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) meskipun subsidi telah diberikan sangat besar untuk menjaga daya beli masyarakat, dan khususnya menjaga masyarakat miskin. Tauhid menyebut, langkah tersebut menjadi satu kesatuan dalam upaya normalisasi pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19.