TOKYO. Harga kontrak minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) melambung ke atas US$ 100 per barel. Ini merupakan yang pertama kali terjadi sejak September 2012 lalu. Mengutip situs Bloomberg, pada pukul 09.38 waktu Tokyo, harga kontrak minyak jenis WTI mendaki 0,8% menjadi US$ 100,40 per barel, yang merupakan level harga termahal dalam 14 bulan terakhir. Salah satu pemicu lonjakan harga si emas hitam adalah kecemasan mengenai kondisi di Mesir yang akan mengancam suplai minyak dari kawasan Timur Tengah. Sebelumnya, pihak militer Mesir telah memberikan deadline kepada Presiden MUhamed Morsi selama 48 jam untuk mencari solusi atas kekacauan politik di negara tersebut. Ultimatum ini dilakukan menyusul aksi gelombang unjuk rasa yang tidak puas atas kinerja pemerintahannya. Selain itu, faktor pengerek harga minyak lainnya adalah spekulasi cadangan minyak AS yang kian mengerucut pada pekan lalu. "Risiko geopolitik di Timur Tengah memicu kenaikan permintaan untuk menambah cadangan jika terjadi pengurangan suplai minyak dari Timur Tengah. Selain itu, data AS yang kian membaik juga mengerek permintaan energi dan bahan baku dasar lainnya," jelas Leo Baek, trader KEB Futures Co di Seoul. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Waspada, harga minyak sudah menembus US$ 100
TOKYO. Harga kontrak minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) melambung ke atas US$ 100 per barel. Ini merupakan yang pertama kali terjadi sejak September 2012 lalu. Mengutip situs Bloomberg, pada pukul 09.38 waktu Tokyo, harga kontrak minyak jenis WTI mendaki 0,8% menjadi US$ 100,40 per barel, yang merupakan level harga termahal dalam 14 bulan terakhir. Salah satu pemicu lonjakan harga si emas hitam adalah kecemasan mengenai kondisi di Mesir yang akan mengancam suplai minyak dari kawasan Timur Tengah. Sebelumnya, pihak militer Mesir telah memberikan deadline kepada Presiden MUhamed Morsi selama 48 jam untuk mencari solusi atas kekacauan politik di negara tersebut. Ultimatum ini dilakukan menyusul aksi gelombang unjuk rasa yang tidak puas atas kinerja pemerintahannya. Selain itu, faktor pengerek harga minyak lainnya adalah spekulasi cadangan minyak AS yang kian mengerucut pada pekan lalu. "Risiko geopolitik di Timur Tengah memicu kenaikan permintaan untuk menambah cadangan jika terjadi pengurangan suplai minyak dari Timur Tengah. Selain itu, data AS yang kian membaik juga mengerek permintaan energi dan bahan baku dasar lainnya," jelas Leo Baek, trader KEB Futures Co di Seoul. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News