Waspada, impor barang modal & bahan baku turun



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Neraca perdagangan Indonesia belum menunjukkan perbaikan di tengah krisis akibat pandemi korona (Covid-19). Badan Pusat Statistik mencatat, April 2020 neraca dagang Indonesia mengalami defisit sebesar US$ 350 juta.

Defisit ini terjadi karena nilai ekspor hanya 12,19 miliar dollar AS,  sementara nilai impor lebih besar di US$ 12,54 miliar dollar AS. “Neraca perdagangan April 2020 ini dipengaruhi melemahnya permintaan dan penurunan harga komoditas,” tandas Kepala BPS Suhariyanto dalam siaran live di akun Youtube BPS, Jumat (15/5/.

Kepala BPS menyebut, kekhawatiran yang terjadi saat ini  adalah melemahnya nilai da volume impor bahan baku dan barang modal.   "Penurunan impor bahan baku dan juga penurunan impor barang modal  harus kita waspadai. Karena ini bisa berdampak buruk ke industri, perdagangan, dan investasi," ujar dia.


Catatan BPS, impor April 2020 menurun 6,10% dibandingkan Maret 2020 sebesar US$ 13,35 miliar.  Penurunan impor bahan baku dan barang modal sejalan dengan kelesuan produksi perusahaan manufaktur dalam negeri.

Penurunan terbesar dari impor migas yang terkontraksi 46,83% secara bulanan (m to m) dan 61,78% secara yoy. Impor non migas terkontraksi menyeluruh. Konsumsi terkontraksi 4,03% secara bulanan dan 16,57% secara yoy.

Impor bahan baku penolong terkontraksi 9% secara bukan dan 19,13% secara yoy. Adapun impor barang modal masih tumbuh 9% secara bukan tapi mengalami kontraksi 17,11% secara tahunan.

Kondisi ini memang sejalan dengan indeks manufaktur atau purchasing managers index (PMI) Indonesia dalam tren penurunan sampai Mei 2020. Data PMI Indonesia selama April di level 27,5, turun drastis dari bulan sebelumnya di level 45,3. Ini jadi yang terendah sejak 2011.

Produksi melambat

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebelumnya juga menyampaikan potensi melemahnya impor Indonesia dalam beberapa bulan ke depan. Sepanjang tahun ini, prediksi Menkeu,  impor akan turun sebesar 3,7% seiring dengan kontraksi dari industri manufaktur.

Menurut Menkeu, manufaktur Indonesia saat ini turun paling dalam jika dibandingkan dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara.

Perlambatan impor bahan baku dan barang modal juga akan menyebabkan laju ekspor Indonesia mengalami perlambatan. Sebab sebagian besar perusahaan berorientasi ekspor di Indonesia saat ini masih mengandalkan bahan baku dari luar negeri.

Salah satu sumber pelambatan impor karena negara asal barang impor juga tengah membatasi aktivitas warganya terkait penyebaran virus Covid-19. Akibatnya aktivitas logistik di negara asal impor mengalami keterlambatan.

Walhasil nilai ekspor Indonesia sepanjang Januari-April US$ 53,95 miliar, naik  tipis 0,44% dari periode yang sama tahun sebelumnya.

Suhariyanto juga menyebut Indonesia juga mencatat defisit perdagangan dengan berberapa negara, antara lain Thailand yang sebesar US$ 1,2 miliar, China sebesar US$ 4,48 miliar, dan Australia sebesar US$ 754 juta.

Ekonom Institut Kajian Strategis Universitas Kebangsaan RI Eric Sugandi mengatakan penurunan ekspor terutama dari non-migas.

Dari sisi tujuan, ekspor negara tujuan ekspor non-migas seperti negara-negara ASEAN, Uni Eropa, Jepang, juga mengalami penurunan seiring melemahnya permintaan.  Aktivitas ekonomi di negara negara terebut juga sedang lesu akibat Covid-19.

Eric melihat, dalam beberapa bulan mendatang neraca dagang Indonesia masih bisa mengalami surplus meski tipis. Jika defisit nilainya juga akan sangat kecil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Fahriyadi .