KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Pelemahan nilai tukar rupiah selama beberapa waktu terakhir membuat Badan Pusat Statistik (BPS) waspada. Ini sebab, pelemahan nilai tukar rupiah akan memengaruhi inflasi barang impor (
imported inflation). "Jadi, pelemahan Rupiah memberi dampak pada inflasi.
Imported inflation ini perlu diwaspadai selama beberapa bulan ke depan," terang Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini saat menjawab pertanyaan
Kontan.co.id, Rabu (1/11).
Baca Juga: Ekonom: Kenaikan Harga Pangan dan BBM Non Subsidi Dorong Peningkatan Inflasi Pudji mengungkapkan, dampak pelemahan Rupiah akan terlihat pada barang yang diimpor secara langsung, maupun barang yang bahan bakunya didapat secara impor. Ini, salah satunya, akan terasa pada barang-barang hasil industri pengolahan. Mengingat, bahan baku industri pengolahan juga beberapa berasal dari luar negeri. Ia juga memberi contoh beberapa komoditas yang mengalami peningkatan harga seiring dengan pelemahan Rupiah. Seperti mie kering instan dan roti. Ini sebab, bahan baku keduanya adalah gandum yang biasa didapat Indonesia dari impor. Kemudian tahu dan tempe yang berbahan dasar kedelai, salah satu komoditas yang sering diimpor juga oleh Indonesia. Selain itu, barang-barang yang mungkin terkena kenaikan harga adalah bawang putih impor juga mobil. Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengungkapkan, memang inflasi barang impor perlu diwaspadai. Namun, menurutnya ini belum menjadi risiko utama pergerakan inflasi.
Baca Juga: Awal November, Harga Emas Spot Masih Tertekan Sebab, "barang-barang dimenangi dengan barang impor murah dari asing, yang harganya jauh lebih murah," terang David kepada
Kontan.co.id. Sebelumnya David juga pernah mengungkapkan, bahwa selama ini Indonesia kebanjiran barang impor dengan harga murah, salah satunya dari China.
Menurut David, yang paling utama menjadi risiko pergerakan inflasi dalam jangka pendek adalah kenaikan harga pangan akibat fenomena kekeringan El Nino. Juga, adanya konflik geopolitik yang menyundut harga minyak. Ini bisa memengaruhi harga bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri. Ke depan, David memperkirakan inflasi pada akhir tahun masih akan berada di kisaran sasaran BI yang sebesar 3% yoy plus minus 1%, atau di kisaran 2,6% yoy. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .