MOMSMONEY.ID - Setelah melandai, kasus harian Covid-19 di Indonesia menunjukkan tanda-tanda kebangkitan. Satgas Covid-19 mencatat, kasus terkonfirmasi pada Selasa (28/3) mencapai 511 kasus. Angka tersebut merupakan yang tertinggi sejak 6 Januari lalu. Kasus harian Covid-19 di Indonesia selepas 6 Januari selalu di bawah angka 500, bahkan tak sedikit di kisaran 100 kasus. Dalam sepekan terakhir, Rabu (23/3) hingga Selasa (28/3), kasus Covid-19 di Indonesia melonjak 17,6% dibanding periode pekan sebelumnya, Rabu (15/3) sampai Selasa (22/3).
Buntutnya, kasus aktif Covid-19 di Indonesia menanjak dari 3.666 kasus pada 15 Maret menjadi 4.755 kasus pada 28 Maret. Atau, melonjak 29,7%.
Baca Juga: WHO: Suatu Saat di Tahun Ini Kami Bisa Menyatakan Covid-19 Berakhir Sebagai Pandemi Itu sebabnya, Dinas Kesehatan DKI Jakarta mengimbau warga untuk menghindari acara buka puasa bersama alias bukber selama Ramadan. Tujuannya, agar kasus Covid-19 tak melonjak menjelang Hari Raya Idul Fitri. "Hindari buka puasa bersama untuk mencegah kenaikan kasus atau kasus memuncak 2-4 minggu ke depan saat momen Hari Raya, jika kasus naik, maka kematian tentu berpotensi naik," kata Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi, dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ngabila Salama, seperti dikutip
Kompas.com, Senin (27/3). Meski begitu begitu, Ngabila mengungkapkan, situasi Covid-19 di Ibu Kota cenderung terkendali. Bahkan, tingkat keterisian tempat tidur atau
bed occupancy rate (BOR) di rumah sakit rujukan Covid-19 berkisar 6-7 persen. "Situasi COVID-19 di Jakarta sangat terkendali, walaupun ada sedikit kenaikan kasus positif dalam seminggu terakhir," ungkapnya.
Baca Juga: Waspada! WHO: Risiko Wabah Kolera di Tingkat Global Sangat Tinggi Senada, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan Siti Nadia TarmiziNadia menyatakan, pandemi Covid-19 sudah makin terkendali. Karena itu, masyarakat tetap diizinkan melaksanakan buka puasa bersama dan mudik Lebaran.
"Jadi, selama kasus itu ringan, pasien yang positif sembuh sendiri, terus fatalitas dan kematian masih dalam jumlah kasus penyakit biasanya, sama seperti penyakit lain, kita enggak perlu khawatir," ujarnya, seperti dikutip
Kompas.com, Senin (28/3). Dan, dia bilang, larangan buka puasa bersama untuk aparatur sipil negara (ASN) bukan karena peningkatan kasus Covid-19. Larangan itu agar ASN mampu hidup lebih sederhana, di tengah fenomena "ASN pamer hidup mewah" di media sosial. "ASN itu dilarang bukber lebih pada untuk kesederhanaan, karena akhir-akhir ini ASN disorot dengan berbagai macam gaya hidup," katanya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: S.S. Kurniawan