Waspada! Kenaikan Harga Minyak Jadi Risiko Bagi Inflasi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketegangan geopolitik yang terjadi antara Israel dan Palestina, menjadi salah satu faktor yang membuat harga minyak dunia mendidih. 

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan, karena kenaikan harga minyak tersebut, pemerintah pun memutuskan untuk menyesuaikan harga bahan bakar minyak (BBM) non subsidi di dalam negeri. 

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini bilang, tren kenaikan harga minyak mentah global ini menjadi alasan kuat Pertamina menaikkan harga. 


Baca Juga: Kenaikan Suku Bunga BI dan Inflasi yang Stabil Kerek Real Yield Obligasi Indonesia

"Gejolak harga minyak berkorelasi dengan ketegangan Israel dan Hamas. Tren harga minyak dunia akan memengaruhi harga domestik," terang Pudji dalam konferensi pers, Rabu (1/11). 

Kenaikan harga BBM non subsidi terlihat di Pertamax yang naik Rp 700 atau sekitar 5%. Kemudian harga Pertamax Turbo naik Rp 700 atau sekitar 4%. 

Harga BBM jenis Dexlite juga meningkat Rp 850 atau sekitar 5%. Pun harga BBM jenis Pertamina Dex naik Rp 1.000 atau sekitar 6%. 

Baca Juga: The Fed Beri Sinyal Pertahankan Suku Bunga Tetap Stabil Meski Ekonomi AS Menguat

Kenaikan harga minyak ini kemudian tercermin dari pergerakan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK). Pudji pun mewanti-wanti, dampaknya ke inflasi akan terlihat dalam tingkat inflasi ke depan. 

Namun, Pudji menekankan, seberapa besar dampak ketegangan ini akan sangat bergantung dari langkah antisipasi dari pemerintah. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli