KLB Polio - Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menetapkan status Kejadian Luar Biasa atau KLB setelah ditemukan kasus polio atau lumpuh layu di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Mengutip situs
Sehat Negeriku Kemenkes, terdapat dua kasus polio yang ditemukan di Provinsi Jawa Tengah pada bulan Desember 2023 dan satu kasus polio di Provinsi Jawa Timur pada tanggal 4 Januari 2024. Tiga penyakit kasus lumpuh layu akut (
Acute flaccid paralysis/AFP) tersebut disebabkan oleh Virus Polio Tipe Dua. Penyakit polio bisa dicegah dengan memberikan vaksin lengkap.
Baca Juga: 8 Cara Alami Menghilangkan Lemak di Wajah Agar Wajah Tampak Lebih Tirus Oleh sebab itu pemerintah melalui Kemenkes mendorong orangtua dan masyarakat untuk segera memberikan imunisasi dasar lengkap untuk anak-anak mulai dari umur 0 tahun hingga anak usia SD. Imunisasi lengkap sangat penting untuk kesehatan dan perkembangan anak. Jika tidak lengkap atau bahkan tidak diimunisasi, akan muncul beragam dampak negatif bagi anak. Merangkum dari situs
UNICEF, berikut ini 7 dampak buruk jika anak tidak mendapatkan imunisasi lengkap.
-
Lebih rentan terkena sakit berat
Tahukah Anda, anak yang tidak menerima imunisasi lengkap dan tepat waktu akan lebih rentan mengalami berbagai penyakit yang seharusnya bisa dicegah dengan imunisasi? Beberapa jenis penyakit tersebut adalah seperti hepatitis, TBC, batuk rejan, dan difteri yang bisa dicegah dengan imunisasi. Selain itu, anak yang tidak diimunisasi juga lebih rentan terhadap masalah kesehatan lain. Contohnya ketika anak terkena campak, dia akan sering mengalami komplikasi seperti diare, pneumonia, kebutaan, dan malnutrisi.
-
Anggota keluarga lain bisa tertular
Tahukah Anda, anak yang sedang sakit dan tidak menerima imunisasi lebih berisiko menulari orang lain di sekitarnya? Begitu pula sebaliknya, anak yang tidak diimunisasi lebih berisiko tertular penyakit. Setiap kali seseorang sakit, maka anak, atau cucu dan orang tua, juga berisiko terinfeksi penyakit tersebut. Orang dewasa merupakan sumber infeksi utama pertusis (batuk rejan) pada balita, penyakit ini bahkan dapat menyebabkan kematian pada bayi. Imunisasi tidak hanya melindungi diri anak, tetapi juga orang tua dan anggota keluarga lain atau orang-orang di lingkungan sekitar yang mungkin kesulitan mendapatkan akses vaksinasi. Orang dewasa juga tetap mungkin tertular penyakit dan mengalami gejala yang ringan namun dengan komplikasi yang fatal. Ibu hamil yang tertular virus rubela, misalnya, sangat berisiko melahirkan anak dengan berbagai bentuk komplikasi bawaan, disebut dengan sindrom rubela kongenital (SRK). Selain itu, ibu hamil yang tertular virus campak berisiko mengalami keguguran.
Baca Juga: 5 Tanda Tubuh Kelebihan Asupan Garam yang Wajib Diperhatikan -
Menyebabkan wabah penyakit
Kasus-kasus penyakit menular seperti polio di kalangan kelompok rentan dapat berkembang luas menjadi wabah di masyarakat. Karena hal ini lah, pemerintah saat ini masih memberikan imunisasi polio kepada anak. Jika jumlah anak yang tidak mendapatkan imunisasi bertambah banyak, maka penyakit yang selama bertahun-tahun ini berhasil dicegah dapat kembali mewabah.
-
Biaya pengobatan membengkak
Suatu penyakit tidak hanya berdampak langsung terhadap penderita dan keluarganya, tetapi juga terhadap masyarakat secara keseluruhan. Suatu penyakit dan komplikasinya dapat membutuhkan biaya tinggi dan perawatan yang memakan waktu. Contohnya pada pasien difteri. Pasien membutuhkan rawat inap segera di fasilitas kesehatan yang mampu menangani penyakit ini beserta komplikasi-komplikasinya. Pasien akan ditempatkan di ruang isolasi dan diberikan obat-obatan khusus. Penyakit campak rata-rata memerlukan sekitar 15 hari perawatan, termasuk rata-rata kehilangan 5-6 hari kerja atau sekolah bagi karyawan atau pelajar. Orang dewasa yang terkena hepatitis rata-rata tidak bisa bekerja selama satu bulan. Sedangkan bayi yang terlahir dengan SRK, ia akan membutuhkan pengobatan seumur hidup dan bantuan serta terapi medis yang berbiaya tinggi.
Penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi memiliki risiko komplikasi yang mengakibatkan disabilitas tetap. Contohnya, campak yang dapat menyebabkan kebutaan. Ada pula kelumpuhan sebagai gejala terberat yang dikaitkan dengan polio karena dapat menimbulkan disabilitas permanen dan kematian.
Baca Juga: 6 Buah Rendah Gula dan Kalori yang Baik Dikonsumsi Rutin Penderita Diabetes -
Risiko penurunan harapan hidup
Vaksinasi yang tidak lengkap menyumbang kepada penurunan angka harapan hidup. Sebaliknya, imunisasi lengkap hingga anak berusia lima tahun dapat meningkatkan angka harapan hidup. Data menunjukkan bahwa anak yang tidak menerima imunisasi lengkap lebih mungkin tertular berbagai penyakit saat masih kanak-kanak, sehingga angka harapan hidupnya pun menurun. Di Papua Barat, dari tahun 2010 - 2017, angka harapan hidup meningkat berkat peran penting dari peningkatan jumlah anak yang mendapatkan imunisasi lengkap. Di Brazil, antara tahun 1940 dan 1998, angka harapan hidup saat lahir naik sekitar 30 tahun. Hal ini utamanya disebabkan oleh menurunnya angka kematian akibat penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Imunisasi.
-
Akses perjalanan dan sekolah terbatas
Beberapa negara mensyaratkan imunisasi lengkap bagi warga asing yang hendak berkunjung. Jika tidak diimunisasi, anak dapat kehilangan kesempatan untuk mengenyam pendidikan di negara-negara tersebut. Selain itu, sudah semakin banyak sekolah yang mencantumkan ‘imunisasi lengkap’ sebagai syarat pendaftaran. Tujuannya adalah agar semua anak dan warga sekolah terlindung dari penyakit yang dapat dicegah oleh vaksin dan dengan demikian anak dapat menikmati hak belajarnya secara penuh di sekolah. Demikian informasi tentang bahaya jika anak tidak mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Anda bisa mendapatkan imunisasi anak di puskesmas, pos pelayanan terpad atau Posyandu Balita, maupun rumah sakit. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News