Waspada, laju rupiah bisa terjegal repatriasi



JAKARTA. Nilai mata uang Garuda melaju kencang seiring dengan keluarnya data-data positif fundamental dalam negeri. Namun jangan senang dulu. Ada bayang-bayang repatriasi yang menjadi momok bagi penguatan rupiah.

Sekadar informasi, repatriasi adalah kembalinya modal investor-investor asing di Indonesia ke negera asalnya.

Kepala Ekonom BII Juniman menilai, repatriasi merupakan hal yang patut dicemaskan bagi posisi rupiah pada triwulan II. Berdasarkan data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang dirilis Bank Indonesia (BI), rata-rata repatriasi income transfer di kuartal II setiap tahunnya mencapai sekitar US$ 7 miliar.Alhasil rupiah akan mengalami tekanan yang tidak sedikit. "Hingga akhir triwulan II perkiraan rupiah kembali ke 11.500 lagi," tutur Juniman.Perkiraan rupiah tersebut sudah menghitung efek pemilu legislatif (pileg) yang terjadi pada April. Kalau hasil pileg sesuai dengan ekspetasi pasar akan membuat rupiah menguat ke 11.200.Dirinya juga menilai penguatan rupiah yang terjadi hari ini lebih dikarenakan pelemahan dollar Amerika Serikat (AS) terhadap semua mata uang.Di sisi lain, Ekonom Samuel Asset Manajemen Lana Soelistianingsih berharap paket kebijakan pemerintah untuk memberikan insentif repatriasi aset dapat segera dikeluarkan pada bulan ini. Mudah-mudahan paket kebijakannya pun menarik bagi investor.Kalau bisa dikeluarkan setidaknya ada efek positif yang dilihat pasar. Di lain pihak adanya pemilihan umum presiden membuat arus dana asing mengalir deras. Masuknya aliran dana ini diharapkan bisa mengkompensasi pelemahan rupiah akibat repatriasi. "Hingga Juni rupiah bergerak di kisaran 11.000-11.500," tandas Lana.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie