SURABAYA. Bukan hanya pemain lama, industri semen nasional juga diwarnai kehadiran pemain baru, baik dari dalam dan luar negeri. Investor asing yang merupakan perusahaan semen besar di negara asalnya, seperti Siam Cement dari Thailand, CNBM, Anhul Conch Cement dan Ultratech dari China sudah mulai berinvestasi. Siam Cement disebut mempersiapkan industri di Sukabumi Jawa Barat dengan kapasitas 1,8 juta ton. Sementara itu, CNBM yang menggandeng Semen Grobogan akan menyiapkan industri semen di Jawa Tengah dengan kapasitas 2,4 juta ton.
Sedangkan Ultatrech menyiapkan industri di Jawa Tengah dengan kapasitas 4,5 juta ton. Sementara itu, Anhul Conch Cement punya rencana besar membangun industri semen di Kalimantan dan Papua. Total produksi yang direncanakan Anhul Conch Cement adalah sebesar 13,7 juta ton dari empat lokasi industri di Kalimantan dan Papua. Selain itu, ada juga pemain baru yang merupakan pemain lokal seperti Semen Merah Putih (Wilmar), Semen Puger, Semen Barru dan Semen Panasia. Semen Merah Putih menjadi pabrikan semen lokal baru dengan target produksi terbesar, 11,5 juta ton. Berikutnya Semen Barru di Sulsel dan Semen Panasia di Jateng masing-masing akan menyiapkan produksi 3,3 juta ton dan 2 juta ton. GM of Corporate Secretary Semen Indonesia, Agung Wiharto mengatakan, pertumbuhan dan kapasitas produksi semen di Indonesia sangat pesat. Kondisi ini membuat persaingan dalam industri semen kian ketat. Kondisi persaingan akan semakin sulit jika pertumbuhan produksi tidak diikuti pertumbuhan konsumsi semen. "Di tahun 2016 bisa ada tambahan produksi semen sekitar 11 juta ton, dari 40 juta ton yang ditargetkan dan di tahun 2017 bisa tambah lagi 11 juta ton, kalau konsumsi semen tidak naik bisa terjadi kelebihan pasokan, dan itu perlu diwaspadai," ujar Agung.
Sebagai gambaran, pertumbuhan konsumsi semen nasional rata-rata berada di kisaran 10% per tahun. Tahun ini konsumsi diharapkan bisa mencapai 10% juga atau konsumsi semen bisa mencapai 60 juta ton. Jika setiap tahun konsumsi bertambah 5 juta ton semen, maka pasar semen nasional bisa terjaga. "Kalau pertumbuhan konsumsi di bawah 10%, bisa terjadi over produksi dan kompetisi akan semakin ketat, bisa jadi persaingan harga terbuka," ujar Agung. Semen Indonesia mencoba mempertahankan dominasi di pasar lokal dengan terus berinvestasi. Selain itu Semen Indonesia memperkuat distribusi dan mengembangkan brand corporate. (
Tribunnews) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Asnil Amri