Waspada, pertumbuhan ekonomi kuartal II-2020 diyakini negatif



KONTAN.CO.ID-JAKARTA.  Pemerintah memastikan, ekonomi Indonesia kuartal II tahun ini bakal negatis alias terkontraksi, setelah tumbuh 2,97% pada kuartal pertama lalu. Utamanya karena konsumsi rumah tangga yang menurun sejalan dengan anjloknya penjualan barang. 

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut, ada 32 sektor usaha yang penjualannya menurun secara tahunan sejak April hingga 26 Mei 2020. Hal ini tak lain akibat dampak dari Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). 

Baca Juga: Gugus Tugas Covid-19: Pembukaan sektor ekonomi bikin rupiah menguat


"Dampak terhadap Indonesia diperkirakan kuartal II-2020 negatif. Namun kami menjaga agar kuartal III-2020 dan kuartal IV-2020 restart. Tidak boleh lebih lama karena recovery-nya makin lama," kata Airlangga, Selasa (8/6) malam.

Berdasarkan data yang disampaikan Airlangga, dari 32 sektor tersebut, 18 sektor di antaranya mengalami kontraksi year on year (yoy) pada dua bulan pertama di kuartal II-2020. Sebanyak 18 sektor tersebut, di antaranya otomotif dan alat trasportasi turun 51% yoy, distribusi retailer dan toserba 22%, peralatan elektronik 25%, makanan dan minuman 21%, dan pembiayaan konsumen 53%.

Baca Juga: Rupiah di kurs tengah BI melemah ke Rp 14.083 per dolar AS pada hari ini, Rabu (10/6)

Selain itu, jasa keuangan turun 44%, restoran 72%, pariwisata 74%, bahan bangunan dan besi konstruksi 19%, teknologi informasi 19%, jasa usaha 17%, dan pertambangan migas 26%.

Adapun 14 sektor usaha sisanya, tumbuh melambat. Misalnya, kebutuhan konsumen rumah tangga yang hanya tumbuh 21% yoy, pertambangan non-migas 29%, peralatan kantor 37%, properti dan konstruksi 35%, media informasi 28%, dan tekstil dan produk tekstil 43%.

Airlangga menambahkan, meski penjualan 32 sektor tersebut menurun, ada empat sektor lain masih bisa tumbuh positif, yakni prasarana umum tumbuh 25% yoy, farmasi dan alat kesehatan 3%, makanan pokok 7%, dan minyak nabati 16%. Sayangnya, empat sektor ini tak bisa mengompensasi penurunan 32 sektor tadi. 

Sampai dengan akhir tahun 2020, pemerintah memprediksi pertumbuhan ekonomi sebesar 2,3% atau posisi terburuk di level minus 0,4%.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan, ekonomi Indonesia kuartal II-2020 akan turun ke kisaran 2%-3% yang dipicu perlambatan konsumsi rumah tangga. 

"Penurunan aktivitas ekonomi menyebabkan pendapatan masyarakat menurun, sekaligus menurunkan daya beli masyarakat," kata Josua kepada KONTAN, Selasa.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adinda Ade Mustami