KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dari awal tahun sampai awal Agustus 2018 ini, ada beberapa risiko yang perlu diperhatikan investor. Dengan beberapa risiko pasar ini membuat nasabah
wealth management cenderung
wait and see. Handayani, Direktur Konsumer BRI mengatakan, nasabah
wealth management cenderung
wait and see untuk mengamankan investasinya di produk konvensional yaitu deposito. "Dengan diluncurkan SBR004 dengan kupon 8,05%, peminat meningkat dibandingkan sebelumnya," kata Handayani kepada kontan.co.id, Jumat (7/9).
Kepala Divisi
Wealth Management BNI Neny Asriany bilang dengan tren kenaikan bunga dan tren saham yang fluktuatif, BNI memberikan saran ke nasabah untuk masuk ke instrumen tenor jangka pendek dan menengah. "Untuk saham, kami menyarankan nasabah untuk masuk secara bertahap sebagaimana strategi dollar
cost averaging," kata Neny kepada kontan.co.id, Jumat (7/9). Menurut BNI perilaku nasabah dengan pasar yang fluktuatif ini cenderung berubah ke instrumen dengan
return yang tinggi. Budi Satria, Direktur Konsumer BTN bilang saat ini nasabah sedang
wait and see atas kondisi pasar. "Untuk sementara portofolio dikembangkan melalui produk yang relatif aman, seperti reksadana pasar uang, terproteksi dan surat berharga negara," kata Budi kepada kontan.co.id, Jumat (7/9). Catatan saja, saat ini setidaknya ada tiga risiko yang perlu diperhatikan investor.
Pertama, risiko suku bunga. Bank Indonesia (BI) telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 125 basis poin (bps) menjadi 5,5%. Kenaikan suku bunga ini diperkirakan akan berlanjut seiring dengan potensi kenaikan bunga acuan The Fed.
Kedua, risiko pasar. Seperti diketahui, indeks harga saham gabungan (IHSG) dalam beberapa hari ini mengalami penuruan. Meski terakhir IHSG pada pekan lalu (7/9) ditutup menguat tipis 1,3% menjadi 5.851 . Namun, jika dilihat dalam satu minggu terakhir, IHSG telah turun 2,7%. Sedangkan dalam satu bulan ini, indeks saham juga turun 3,9%. Jika dihitung dari awal tahun sampai Jumat pekan lalu (7/9) IHSG tercatat turun lebih dalam yaitu 7,9%. Selain itu, ada risiko
ketiga yaitu risiko mata uang. Jumat pekan lalu (7/9) rupiah diperdagangkan Rp 14.884 per USD berdasarakan kurs JISDOR Bank Indonesia (BI). Nilai tukar rupiah dari awal 2018 sampai akhir pekan lalu tercatat melemah 9,8%. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi