Waspadai gejolak bursa di akhir tahun



JAKARTA. Anomali terjadi di pasar saham. Biasanya pasar saham tancap gas di pengujung tahun, namun kini yang terjadi sebaliknya. Kemarin (30/11), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ambles 2,5% menjadi 4.446,46. Investor asing di Bursa Efek Indonesia mencatatkan penjualan bersih (net sell) Rp 1,46 triliun.

Kinerja IHSG juga klop dengan keterpurukan rupiah yang kembali mendekati level Rp 14.000 per dollar AS. Kurs tengah Bank Indonesia memperlihatkan, kurs harian rupiah kemarin melemah 0,68% jadi Rp 13.840 per dollar AS.

Koreksi IHSG kemarin merupakan yang terburuk di antara indeks bursa saham di kawasan Asia Pasifik. Kepala Riset Universal Broker Indonesia Satrio Utomo menilai rencana Dana Moneter Internasional (IMF) memasukkan yuan Tiongkok ke dalam keranjang mata uang Special Drawing Rights (SDR) menjadi salah satu pemicu kejatuhan indeks saham.  Jika IMF sepakat memasukkan yuan, yuan berpeluang melejit, sementara dollar AS melemah. 


Pemodal pun akan melepas asetnya di AS. Efeknya, indeks Dow Jones bisa jatuh dan IHSG ikut koreksi sementara. “Maka pemodal asing mengambil langkah hati-hati,” tutur Satrio, kemarin.

Pandangan lain dikemukakan Ellen May, seorang trader dan investor di pasar saham Indonesia. Menurut dia, kejatuhan IHSG terseret Morgan Stanley Capital International (MSCI) yang kembali melakukan rebalancing portofolio dalam jumlah besar.

MSCI menambahkan saham AKRA menggantikan PTBA. MSCI juga menambahkan HMSP dalam portofolionya.

Beberapa saham yang terlempar dari MSCI Small Cap Index antara lain BIPI, BUMI, CTRP, CTRS, ELSA, ENRG, GJTL, SMMT, HRUM, MAIN, MPMX, BHIT, NIRO, META, SGRO, BKSL, TOTL, WSKT.

Aksi rebalancing tersebut berlangsung 10-12 November 2015. Imbasnya, harga saham  yang masuk MSCI, seperti  AKRA dan HMSP, naik signifikan. Di sisi lain, harga sejumlah saham yang keluar dari MSCI turun drastis.

Nah, aksi jual investor asing dan fund manager boleh jadi mengikuti perubahan portofolio rebalancing MSCI Indonesia Index. "Seperti kita ketahui portofolio yang membentuk indeks yang dikelola MSCI menjadi benchmark bagi investor dan fund manager di seluruh dunia," ungkap Ellen.

Kepala Riset Indosurya Securities William Surya Wijaya juga melihat banyak fund manager mulai rebalancing. Namun dia berharap pemodal asing akan masuk lagi ke pasar Indonesia mulai awal Desember. William memperkirakan IHSG akan naik terbatas dan ditutup di kisaran 4.600–4.800 pada akhir tahun ini.

Selain berbagai faktor itu, niat pemerintah menata ulang pungutan pajak sejumlah instrumen investasi portofolio seperti unitlink, reksadana dan KIK EBA, turut berandil mengobok-obok pasar saham (lihat Harian KONTAN, edisi 30 November 2015).

Satrio berkeyakinan, pemerintah tidak akan bertindak konyol dengan memberikan guncangan yang tidak perlu. Apalagi, kondisi perekonomian global dan domestik saat ini masih labil. Persolannya,  rencana ini telanjur membikin ketar-ketir pelaku pasar dan memicu ketidakpastian baru.

Analis First Asia Capital David Sutyanto meyakini IHSG bisa bangkit dan berharap asing kembali masuk mengembuskan window dressing di pasar saham. Di akhir tahun ini, David memprediksi IHSG akan berada antara 4.400-4.800. Sedang Satrio meramal IHSG akan berada di level 4.700.   

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto