Waspadai iming-iming bunga tinggi dana repatriasi



JAKARTA. Aliran dana masuk program pengampunan pajak atau tax amnesty menjadi ladang subur tujuh bank umum penampung dana mengalap likuiditas. Yang patut diwaspadai adalah potensi perang iming-iming bunga simpanan tinggi antar bank untuk menarik aliran dana repatriasi.

Ketujuh bank yang ditunjuk adalah Bank Mandiri, BRI, BNI, BTN, BCA, Bank Danamon, dan BTPN. Khusus Danamon dan BTPN, ditunjuk untuk menampung dana peserta tax amnesty dari pengusaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

Dari tujuh bank itu, BTN sudah menyatakan akan memberikan bunga menarik atas dana-dana tax amnesty yang sudi parkir di BTN. Bank spesialis kredit perumahan itu akan memberikan selisih 25 basis poin (bps) di atas batas bunga bank BUKU IV.


"Masih sesuai dengan capping bunga bank BUKU III,” kata Iman Nugroho Soeko, Direktur Keuangan BTN, Selasa (12/7).

Dari dana tax amnesty, BTN membidik tambahan dana pihak ketiga (DPK) hingga Rp 30 triliun. Ini hanya sebagian kecil dari besaran dana repatriasi yang digadang bisa mencapai Rp 1.000 triliun. BTN yang masuk katagori BUKU III tak segan menawarkan bunga spesial hingga 7,5%.

Sebab, capping bunga simpanan bank BUKU III dan IV, masing-masing sebesar 100 bps dan 75 bps dari BI rate. Saat ini BI rate di level 6,5%.

Adapun Direktur Keuangan BRI, Haru Koesmahargyo tak mau berandai-andai. Dia justru memandang bunga simpanan bisa kembali turun akibat cash inflow yang besar dari dana tax amnesty.

Ekonom Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Dody Arifianto menilai saat ini perbankan masih kesulitan menyalurkan kredit, sehingga dana tax amnesty justru akan membanjiri likuiditas perbankan. Akibatnya bank enggan mengerek bunga simpanan.

"Saya pikir tax amnesty tidak mendorong bank menaikkan bunga simpanan," tutur Dody. Apalagi, pemerintah sedang gencar menekan bunga kredit dan bunga simpanan.

Meskipun begitu, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan, Nelson Tampubolon tak khawatir potensi perang bunga. "Jumlah bank yang ditunjuk terbatas, sementara potensi dana masuk sangat besar," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie