JAKARTA. Zakat fitrah adalah ibadah wajib yang tidak bisa dipisahkan dari Ramadan. Umat Muslim pun berbondong-bondong menyerahkan zakatnya ke organisasi pengelola zakat, infak, sedakah dan wakaf (Ziswaf), lewat masjid, ataupun menyerahkan langsung. Dengan harapan zakatnya dapat tersalurkan dengan baik tepat guna dan sasaran pada kaum duafa atau masyarakat berekonomi rendah.Akan tapi, tidak sedikit juga umat muslim merasa tertipu, bila zakatnya tidak disalurkan pada duafa yang benar-benar membutuhkan. Demikian disampaikan Presiden Direktur Dompet Dhuafa Ismail A. Said ditemui di Jakarta, Kamis (19/7).Ismail mengatakan, banyak masyarakat Muslim menyerahkan pelbagai jenis zakatnya langsung pada duafa yang berada di sekitar tempat tinggalnya. Menurutnya, pembayaran zakat dengan cara seperti itu, tentu saja tidak terarah dan profesional. Bahkan, berpotensi kurang mencapai sasaran dan tepat guna terhadap penerima zakat."Walaupun itu tidak disalahkan juga. Kalau dilakukan demikian, itu malah tidak maksimal. Tapi bila melalui lembaga pengelola zakat, maka akan direncanakan zakat tersebut secara profesional sehingga penggunannya lebih terarah dan tepat guna," kata Ismail.Lembaga nirlaba pengelola Ziswaf yang dipimpinnya, yakni Dompet Dhuafa mengklaim, penyaluran zakat dari masyarakat untuk duafa dilakukan dengan penuh keselektifan, ketelitian, dan pemeriksaan tinggi. "Kita periksa dulu, betul tidak duafa ini benar-benar membutuhkan," tuturnya.Ia mencontohkan, bila ada duafa yang benar-benar membutuhkan dana untuk bayar sekolah anaknya, dompet Dhuafa pun tidak bisa secara langsung memberikan uang ke orang tua atau walinya, namun disurvei terlebih dahulu ke sekolah. Bila terbukti, maka uangpun bisa langsung dibayarkan ke sekolah. Ada kekhawatiran, bila uang bantuan sekolah anak transit terlebih dahulu di tangan orang tua, maka kebutuhan dadakan non-biaya sekolah pun cenderung timbul.Lalu, Ia menceritakan, ada juga keluarga duafa yang sudah lama tidak pulang kampung saat jelang Lebaran karena alasan biaya. Dompet Dhuafa pun juga menyurveinya dan bila terbukti, maka akan dibantu."Kami pun tidak akan memberikan uang sebelum berangkat. Kami belikan dulu tiketnya, nah ketika ia sampai di stasiun atau terminal, baru kami berikan juga uang sakunya juga. Jadi pasti sampai dan tepat guna uangnya," lanjut Ismail.Baginya, penyaluran zakat yang tapat guna dan sasaran merupakan suatu hal yang harus dipertanggungjawabkan.Waspadai calo zakatAdanya jasa percaloan zakat di lembaga pengelola zakat yang marak terjadi dan tidak bisa dihindari. Setiap minggu, terutama memasuki bulan Ramadan, ada saja calo yang berkunjung ke lembaga pengelola zakat dengan membawa kaum duafa. Dompet Duafa sendiri, tak luput dari incaran para perantara jasa tersebut.Cara kerja calo pun layaknya sales marketing lapangan. Sang calo berkeliling sekaligus menyurvei di suatu wilayah. Tentunya, mencari masyarakat yang masuk katagori berhak menerima zakat atau kaum duafa.Setelah ketemu, duafa tersebut direkomendasikan untuk meminta bantuan pada Dompet Dhuafa dan lembaga sejenis lainnya.Bagi calo, kaum duafa ini seperti halnya nasabah di suatu lembaga keungan. Bedanya, calo tersebut hanya mengharapkan imbalan dari duafa saja. Bukan dari dompet Dhuafa. Itupun jika duafa dinyatakan berhak dapat bantuan dari Dompet Dhuafa. "Ada satu orang yang tidak saya sebutkan namanya, dia sudah bertahun-tahun lamanya jadi calo zakat di Dompet Dhuafa," ugkapnya sambil tertawa. (Dimasyq Ozal/Kompas.com)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Waspadai penyaluran zakat tidak tepat sasaran
JAKARTA. Zakat fitrah adalah ibadah wajib yang tidak bisa dipisahkan dari Ramadan. Umat Muslim pun berbondong-bondong menyerahkan zakatnya ke organisasi pengelola zakat, infak, sedakah dan wakaf (Ziswaf), lewat masjid, ataupun menyerahkan langsung. Dengan harapan zakatnya dapat tersalurkan dengan baik tepat guna dan sasaran pada kaum duafa atau masyarakat berekonomi rendah.Akan tapi, tidak sedikit juga umat muslim merasa tertipu, bila zakatnya tidak disalurkan pada duafa yang benar-benar membutuhkan. Demikian disampaikan Presiden Direktur Dompet Dhuafa Ismail A. Said ditemui di Jakarta, Kamis (19/7).Ismail mengatakan, banyak masyarakat Muslim menyerahkan pelbagai jenis zakatnya langsung pada duafa yang berada di sekitar tempat tinggalnya. Menurutnya, pembayaran zakat dengan cara seperti itu, tentu saja tidak terarah dan profesional. Bahkan, berpotensi kurang mencapai sasaran dan tepat guna terhadap penerima zakat."Walaupun itu tidak disalahkan juga. Kalau dilakukan demikian, itu malah tidak maksimal. Tapi bila melalui lembaga pengelola zakat, maka akan direncanakan zakat tersebut secara profesional sehingga penggunannya lebih terarah dan tepat guna," kata Ismail.Lembaga nirlaba pengelola Ziswaf yang dipimpinnya, yakni Dompet Dhuafa mengklaim, penyaluran zakat dari masyarakat untuk duafa dilakukan dengan penuh keselektifan, ketelitian, dan pemeriksaan tinggi. "Kita periksa dulu, betul tidak duafa ini benar-benar membutuhkan," tuturnya.Ia mencontohkan, bila ada duafa yang benar-benar membutuhkan dana untuk bayar sekolah anaknya, dompet Dhuafa pun tidak bisa secara langsung memberikan uang ke orang tua atau walinya, namun disurvei terlebih dahulu ke sekolah. Bila terbukti, maka uangpun bisa langsung dibayarkan ke sekolah. Ada kekhawatiran, bila uang bantuan sekolah anak transit terlebih dahulu di tangan orang tua, maka kebutuhan dadakan non-biaya sekolah pun cenderung timbul.Lalu, Ia menceritakan, ada juga keluarga duafa yang sudah lama tidak pulang kampung saat jelang Lebaran karena alasan biaya. Dompet Dhuafa pun juga menyurveinya dan bila terbukti, maka akan dibantu."Kami pun tidak akan memberikan uang sebelum berangkat. Kami belikan dulu tiketnya, nah ketika ia sampai di stasiun atau terminal, baru kami berikan juga uang sakunya juga. Jadi pasti sampai dan tepat guna uangnya," lanjut Ismail.Baginya, penyaluran zakat yang tapat guna dan sasaran merupakan suatu hal yang harus dipertanggungjawabkan.Waspadai calo zakatAdanya jasa percaloan zakat di lembaga pengelola zakat yang marak terjadi dan tidak bisa dihindari. Setiap minggu, terutama memasuki bulan Ramadan, ada saja calo yang berkunjung ke lembaga pengelola zakat dengan membawa kaum duafa. Dompet Duafa sendiri, tak luput dari incaran para perantara jasa tersebut.Cara kerja calo pun layaknya sales marketing lapangan. Sang calo berkeliling sekaligus menyurvei di suatu wilayah. Tentunya, mencari masyarakat yang masuk katagori berhak menerima zakat atau kaum duafa.Setelah ketemu, duafa tersebut direkomendasikan untuk meminta bantuan pada Dompet Dhuafa dan lembaga sejenis lainnya.Bagi calo, kaum duafa ini seperti halnya nasabah di suatu lembaga keungan. Bedanya, calo tersebut hanya mengharapkan imbalan dari duafa saja. Bukan dari dompet Dhuafa. Itupun jika duafa dinyatakan berhak dapat bantuan dari Dompet Dhuafa. "Ada satu orang yang tidak saya sebutkan namanya, dia sudah bertahun-tahun lamanya jadi calo zakat di Dompet Dhuafa," ugkapnya sambil tertawa. (Dimasyq Ozal/Kompas.com)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News