Wall St Dibuka Turun karena Hawkish The Fed Melemahkan Selera Risiko, Jumat (23/6)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks utama Wall Street dibuka lebih rendah pada hari Jumat (23/6). Sentimen investor tetap muram karena nada hawkish Ketua The Fed Jerome Powell dalam kesaksian kongres dua harinya.

Melansir Reuters, Dow Jones Industrial Average turun 111,05 poin atau 0,33% pada pembukaan perdagangan ke 33.835,66.

Indeks S&P 500 dibuka lebih rendah sebesar 27,72 poin atau 0,63% pada 4.354,17 dan Nasdaq Composite turun 146,51 poin atau 1,07% menjadi 13.484,10 pada bel pembukaan.


Tampil di hadapan Komite Perbankan Senat, Powell menegaskan kembali pandangannya bahwa lebih banyak kenaikan suku bunga kemungkinan terjadi di bulan-bulan mendatang.

Baca Juga: Wall Street Menguat Meski Powell Tetap Memberi Sinyal Hawkish

Komentarnya bahwa The Fed akan melanjutkan dengan hati-hati menyebabkan S&P 500 dan Nasdaq menarik beberapa keuntungan pada sesi sebelumnya.

"Kami mendapatkan sedikit koreksi menjelang sekitar tiga minggu terakhir. Kami telah mendengar dari berbagai gubernur The Fed, Powell berbicara tentang suku bunga yang lebih tinggi," kata Paul Nolte, senior wealth advisor and market strategist Murphy & Sylvest.

"Kami masih mendapatkan kurva imbal hasil yang lebih terbalik. Jadi itu memberikan sedikit tekanan pada ekuitas."

Pasar obligasi masih memperkirakan satu kenaikan suku bunga lagi sebesar 25 basis poin (bps) pada bulan Juli, menurut alat FedWatch CME Group, berlawanan dengan dua kenaikan lagi seperti yang disarankan oleh Powell.

Baca Juga: Wall Street Jatuh untuk Hari Keempat pada Kamis (22/6)

Presiden Fed Richmond Tom Barkin mengatakan dia tetap tidak yakin bahwa inflasi berada di jalur yang stabil ke bawah, tetapi tidak akan berprasangka apa yang harus dilakukan Fed pada pertemuan 25-26 Juli.

Imbal hasil pada 2 tahun, yang paling mencerminkan ekspektasi suku bunga, turun 5 bps hingga melayang di 4,75% pada hari Jumat.

"Data terbaru memperburuk kekhawatiran tentang potensi resesi, yang semakin mengurangi selera risiko," kata sebuah catatan dari Deutsche Bank.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto