JAKARTA. Fundamental ekonomi Indonesia yang sudah cukup kuat diakui oleh delegasi-delegasi yang hadir dalam World Economic Forum (WEF) on East Asia. Namun, pemerintah masih memiliki berbagai hambatan yang harus dibenahi segera. Infrastruktur Indonesia menjadi sorotan utama lantaran saat ini dinilai tidak memadai. Hal ini sangat mempengaruhi iklim bisnis dan investasi yang mampu menggerakkan dan mempercepat perekonomian Indonesia. Chief Executive Essar Group asal India Prashant Ruia mengakui sisi fundamental ekonomi nasional. “Tapi Indonesia masih memiliki banyak hambatan, terutama infrastruktur,” ungkap Ruia, Minggu, (12/6). Dia mengakui kebutuhan pendanaan dan investasi di bidang infrastruktur untuk Indonesia dan kawasan Asia cukup signifikan. Ruia menyebutkan, untuk kebutuhan investasi infrastruktur di kawasan Asia dibutuhkan dana sebesar US$10 triliun. Pihaknya berharap, keberadaan infrastruktur menjadi fokus pemerintah Indonesia, dan dengan skema kerjasama pemerintah-swasta (public private partnership/PPP) dapat mempercepat ketersediaan infrastruktur di dalam negeri. “Agar iklim investasi dan bisnis lebih kondusif,” ungkapknya.
Worldwide Managing Director, McKinsey&Company UK Dominic Barton juga mengungkapkan hal yang sama. Dia menilai, saat ini Indonesia termasuk kekuatan ekonomi dan sumber kekayaan dunia dengan potensi SDA yang sangat besar. Terlebih, ekonomi Indonesia mampu tumbuh cukup kuat. Menurutnya, potensi Indonesia menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia terbuka jika mampu mengatasi dua persoalan yang saat ini menjadi isu strategis. “Pertama, persoalan infrastruktur yang sangat penting sebagai jaminan agar orang mau menanamkan modalnya di Indonesia. Kedua, risiko dari belum terciptanya ketahanan pangan dan ketahanan energy,” tegas Barton.