WHO: Dunia dapat mulai bermimpi Covid-19 berakhir



KONTAN.CO.ID - JENEWA. Pada Jumat (4/12/2020), Direktur Jenderal Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/ WHO) mengumumkan bahwa hasil positif dari uji coba vaksin virus corona membuat dunia dapat mulai bermimpi tentang berakhirnya pandemi.

Namun, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan negara-negara kaya dan berkuasa tidak boleh menginjak-injak orang miskin dan terpinggirkan dalam kepanikan untuk memperoleh vaksin.

Associated Press, Sabtu (5/12/2020), melaporkan dalam pidatonya di sesi tingkat tinggi pertama Majelis Umum PBB tentang pandemi, Tedros memperingatkan bahwa sementara virus dapat dihentikan, tetapi "jalan di depan tetap berbahaya."


Ia menuturkan pandemi telah menunjukkan umat manusia pada hal "yang terbaik dan terburuk.” Merujuk pada peningkatan infeksi dan kematian saat ini, Tedros mengatakan tanpa menyebut negara mana pun bahwa "di mana sains tenggelam oleh teori konspirasi, di mana solidaritas dirusak oleh perpecahan, di mana pengorbanan diganti dengan kepentingan pribadi, maka virus tumbuh subur, virus menyebar.”

Baca Juga: Kisah Moderna yang temukan formula vaksin corona hanya dalam 2 hari

Dia memperingatkan dalam pidato virtual pada pertemuan tingkat tinggi bahwa vaksin “tidak akan mengatasi kerentanan yang terletak pada akarnya”, yaitu kemiskinan, kelaparan, ketidaksetaraan dan perubahan iklim, yang menurutnya harus ditangani setelah pandemi berakhir.

“Kita tidak bisa dan tidak boleh kembali ke pola produksi dan konsumsi eksploitatif yang sama, pengabaian yang sama terhadap planet yang menopang semua kehidupan, siklus panik dan campur tangan yang sama, serta politik yang memecah belah yang memicu pandemi ini,” katanya.

Baca Juga: Ratu Elizabeth akan disuntik vaksin corona Pfizer dalam beberapa minggu ke depan

Tentang vaksin, Tedros berkata, “cahaya di ujung terowongan terus bertambah terang,” tetapi vaksin “harus dibagikan secara setara sebagai barang publik dunia, bukan sebagai komoditas swasta yang memperlebar ketidaksetaraan dan menjadi alasan lain mengapa beberapa orang tertinggal.”

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie