WHO kembali desak China untuk menyerahkan data awal kasus Covid-19



KONTAN.CO.ID - JENEWA. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada hari Kamis (12/8) kembali mendesak China untuk membagikan data awal kasus Covid-19 untuk mendukung penyelidikan.

Dilansir dari Channel News Asia, WHO meminta China untuk menyediakan semua data dan akses yang diperlukan sehingga rangkaian studi berikutnya dapat dimulai sesegera mungkin.

Pada bulan Januari lalu, tim WHO sempat datang ke Wuhan untuk mencari tahu asal-usul virus corona. Laboratorium virologi hingga pasar basah di Wuhan jadi beberapa titik yang dikunjungi.


Kunjungan pada bulan Januari menghasilkan laporan fase pertama, yang ditulis bersama dengan rekan-rekan mereka di China. 

Pada bulan Maret, laporan lanjutan dirilis tanpa kesimpulan, melainkan empat poin hipotesis, termasuk yang menyebutkan bahwa virus ditemukan pada kelelawar dan trenggiling. Tim peneliti juga mengatakan bahwa sangat tidak mungkin virus berasal dari kebocoran laboratorium.

Meski telah berhasil melakukan penelitian langsung, penyelidikan menghadapi kritik karena kurangnya transparansi dan akses.

Baca Juga: WHO peringatkan kemunculan virus Marburg yang ganas, ini gejalanya

Banyak juga yang menyayangkan para peneliti yang tidak mengevaluasi teori kebocoran laboratorium lebih dalam. Amerika Serikat jadi negara yang paling vokal soal dugaan ini.

Bulan lalu, China telah menolak proposal dari WHO yang meminta agar tim ahli mereka bisa kembali ke situs-situs di China tempat virus corona pertama kali muncul.

Berbicara pada konferensi pers di Dewan Informasi Negara, Zeng Yixin, wakil menteri Komisi Kesehatan Nasional China, mengatakan bahwa langkah-langkah seperti itu sangat tidak ilmiah. 

Dalam pertemuan tertutup pekan lalu, kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengusulkan tahap kedua penyelidikan tentang asal-usul virus corona harus mencakup studi lebih lanjut di China serta audit laboratorium.

"Menemukan asal usul virus ini adalah latihan ilmiah yang harus dijauhkan dari politik. Kami berharap China mendukung fase berikutnya dari proses ilmiah ini dengan membagikan semua data yang relevan dalam semangat transparansi," ungkap Ghebreyesus.

Selanjutnya: Kasus COVID-19 di China terus menanjak, wabah terparah sejak Wuhan