WHO: Setiap 40 detik, ada satu orang di dunia tewas bunuh diri



KONTAN.CO.ID - JENEWA. Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, mengatakan rata-rata satu orang tewas akibat bunuh diri di dunia setiap 40 detik. Hal tersebut berdasarkan angka total jumlah orang yang melakukan bunuh diri setiap tahunnya, menurut data yang dimiliki organisasi itu.

Dilansir The Independent, setiap tahunnya ada hampir 800.000 kasus kematian akibat bunuh diri di seluruh dunia, menurut laporan WHO. Angka tersebut menjadikan bunuh diri menjadi penyebab kematian nomor dua di antara orang muda berusia 15-29 tahun. Penyebab pertama adalah kecelakaan lalu lintas.

Baca Juga: Hasil uji DNA, Polri pastikan pelaku bom bunuh diri di Filipina adalah WNI

Menurut WHO, hal ini menunjukkan bahwa masih ada pekerjaan yang harus dilakukan negara-negara di dunia untuk mencegah kematian akibat bunuh diri.

WHO menyebut bunuh diri sebagai "fenomena global" yang mempengaruhi seluruh negara di dunia, sehingga setiap negara harus membantu untuk menerapkan taktik pencegahannya. "Meski ada penurunan dalam angka kasus bunuh diri, namun tetap masih ada satu orang di dunia yang tewas setiap 40 detik karena bunuh diri."

"Setiap kematian merupakan tragedi bagi keluarga, kerabat, teman, juga rekan. Namun bunuh diri bisa dicegah," kata direktur jenderal WHO, Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, kepada The Independent.

"Kami menyerukan kepada seluruh negara untuk memasukkan rencana pencegahan tindak bunuh diri, yang terbukti ke dalam program kesehatan dan pendidikan nasional secara berkelanjutan," tambahnya.

Meskipun jumlah negara dengan strategi pencegahan bunuh diri nasional telah meningkat dalam lima tahun terakhir, menurut WHO angka itu baru mencakup 38 negara dan itu merupakan jumlah "terlalu sedikit".

Laporan baru, yang diterbitkan WHO, pada Senin (9/9/2019), atau sehari sebelum Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia pada 10 September itu juga menemukan bahwa negara-negara dengan pendapatan tinggi memiliki tingkat bunuh diri tertinggi antara 2010 dan 2016.

Baca Juga: Media pemerintah China mengecam AS setelah Trump naikkan tarif

Editor: Noverius Laoli