KONTAN.CO.ID - Net zero emissions atau nol emisi karbon akhirnya menjadi solusi yang dicetuskan untuk diterapkan guna menanggulangi krisis energi. Net zero emissions (NZE) merupakan suatu kondisi dimana jumlah emisi karbon yang dapat diserap oleh bumi harus lebih besar daripada jumlah emisi yang dilepaskan ke atmosfer. Dalam mencapai NZE di tahun 2060, diperlukan proses transisi dari energi yang berbasis fosil dan tidak ramah lingkungan menjadi energi bersih serta ramah lingkungan. Salah satu prinsip penerapan utama yang akan dilakukan adalah dengan mengganti kendaraan konvensional menjadi kendaraan listrik untuk sektor transportasi. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam acara Special Event Road to G20 by HIMPUNI menyatakan bahwa isu terkait krisis energi ini harus segera diatasi tanpa mengesampingkan proses transisi energi.
Dengan terbitnya Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle atau BEV), Indonesia merasa positif akan mampu menyukseskan NZE bahkan sebelum tahun 2060. Ditambah lagi, penerapan kendaraan listrik berbasis baterai didukung dengan kekayaan nikel sebagai bahan baku penting dalam pembuatan baterai. Nikel sebagai bahan baku pembuatan baterai, terutama pada kendaraan listrik menjadi material pertambangan yang penting. Oleh karena itu, material ini akan sangat dicari-cari dan didistribusikan ke industri-industri baterai. Sebelum distribusi dilakukan, tentunya nikel akan dihitung terlebih dahulu agar sesuai dengan permintaan dan kebutuhan industri. Namun, umumnya proses penghitungan masih dilakukan secara manual, sehingga kurang efektif dan memungkinkan terjadinya manipulasi data oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Dengan demikian, dibutuhkan inovasi yang mampu membantu penghitungan material agar lebih efektif. Widya Robotics, startup bentukan generasi muda Indonesia asal Yogyakarta, hadir membawa teknologi ciptaannya yang mampu menjawab permasalahan tersebut. Teknologi ini diberi nama Widya Load Scanner. Widya Load Scanner merupakan teknologi pengganti dari penghitungan manual yang biasa dilakukan dalam menghitung volume muatan material nikel dimana alat ini menggunakan LiDAR (light distance and ranging), sehingga penghitungan menjadi lebih cepat, tepat, dan efektif. “Teknologi LiDAR (light distance and ranging) sebagai sensor utama dari Widya Load Scanner mampu menghitung volume muatan truk pengangkut bahan material dengan sangat cepat, tidak sampai 1 menit. Selain cepat, alat ini juga memiliki keakuratan yang sangat tinggi, mencapai hingga 99,23% dan telah tersertifikasi oleh SUCOFINDO (PT Superintending Company of Indonesia). Hasil penghitungan dapat diketahui secara real-time, sehingga segala tindak kecurangan akan minim terjadi,” ungkap Alwy Herfian Satriatama selaku Chief Executive Officer (CEO) Widya Robotics. Lebih lanjut, alat ini juga terus menerus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan dari klien. Widya Load Scanner versi Portable adalah salah satu bentuk pengembangan dari Widya Load Scanner yang sangat fleksibel untuk digunakan. Pasalnya, alat ini mudah untuk dipindahkan dari satu lokasi ke lokasi yang lain. Sehingga, alat ini sangat cocok untuk digunakan pada lokasi penambangan yang tentunya menuntut mobilisasi yang tinggi dan cakupan lokasi yang luas.
Sebagai pelopor pertama di Indonesia, permintaan akan alat ini sangat tinggi. alat ini telah digunakan oleh perusahaan-perusahaan tambang, terkhususnya pada penambangan nikel yang ada di Sulawesi dan Kalimantan. Tidak hanya itu, alat ini telah digunakan di berbagai proyek pembangunan di dalam negeri hingga luar negeri. Melalui segala keunggulan yang disuguhkan oleh Widya Load Scanner, pemenuhan kebutuhan nikel sebagai bahan baku penting dalam pembuatan baterai akan dengan cepat tercukupi. Dengan demikian, penerapan kendaraan listrik untuk sektor transportasi dapat segera direalisasikan dan net zero emissions (NZE) akan segera tercapai, bahkan jauh sebelum tahun 2060.
Baca Juga: Widya Robotics Akselerasikan Manufaktur dengan Solusi Quality Control Berbasis AI Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti