Wijaya Karya bakal terbitkan PUB dan sukuk Rp 5 triliun untuk bayar komodo bonds



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) memandang bahwa penilaian penurunan dari Lembaga Pemeringkat Fitch perlu disikapi dengan bijak tanpa mengurangi sedikit pun optimisme pada semester kedua ini.

Fitch Global, menurunkan Peringkat Jangka Panjang Mata Uang Asing dan Mata Uang Lokal Issuer Default Rating (IDR) WIKA dari BB ke BB-. Outlook juga bergeser menjadi Watch Negatif.

Beberapa faktor diduga menjadi pemantiknya, antara lain performa kuartal II-2020 yang lebih lemah dibandingkan ekpektasi Fitch, kapasitas WIKA untuk refinancing pinjaman yang jatuh tempo,  perlambatan industri konstruksi akibat pandemi, dan bergesernya prioritas Pemerintah dari konstruksi ke pengendalian Covid-19.


Direktur Utama Wijaya Karya, Agung Budi Waskito menyampaikan bahwa penyebab perubahan penilaian tersebut, tidak bisa dilepaskan dari pandemi Covid-19 yang memang memberikan dampak secara global.

Baca Juga: PSBB Jakarta diprediksi memberi tekanan yang sama bagi emiten konstruksi

Namun demikian, Wijaya Karya meyakini bahwa kemampuan untuk menyelesaikan kewajiban terutama jangka pendek masih sangat cukup.

“Penurunan peringkat itu bukan sesuatu yang sifatnya absolut dan akan menghambat kinerja perseroan. Keduanya masih mencerminkan kemampuan keuangan perusahaan terhadap pemenuhan kewajibannya. WIKA tetap akan menjaga rasio utang tetap sehat di level covenant," terang Agung Budi Waskito dalam rilis yang diterima Kontan, Selasa (15/9).

Hingga Juni 2020, WIKA masih memiliki kas setara kas sebesar Rp 7,1 triliun.

Terkait dengan adanya global komodo bond yang akan jatuh tempo pada Januari 2021 sebesar Rp 5,4 triliun, WIKA telah menyiapkan langkah-langkah untuk semakin memperkuat struktur kas berupa adanya rencana penawaran umum obligasi berkelanjutan dan sukuk dengan target Rp 5 triliun secara bertahap mulai tahun ini.

Baca Juga: Fitch pangkas peringkat Wijaya Karya (WIKA)

Mengacu pada kondisi aktual tersebut, Agung meyakini bahwa WIKA punya kapasitas yang kuat untuk terus beroperasi sekaligus memenuhi kewajibannya sekalipun mendapatkan tekanan akibat pandemi.

“Perseroan juga telah mendapatkan kesiapan bridging loan sebesar Rp 4 triliun dari beberapa bank Himbara dan swasta. Terlebih lagi, adanya pengembalian dana talangan tanah yang telah cair dari Pemerintah sebesar Rp 1,1 Triliun,” pungkas Agung Budi Waskito.

Selanjutnya: Penjualan properti masih tertahan, WIKA Realty: Investor masih wait and see

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli