KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) menantikan pencairan dana pinjaman untuk proyek kereta cepat alias
high speed rail (HSR) Jakarta-Bandung. Pinjaman senilai US$ 700 juta yang berasal dari China Development Bank (CDB) itu diharapkan bisa dikantongi pada bulan ini. Direktur Utama WIKA Bintang Perbowo mengatakan, pihaknya akan segera menyerahkan persyaratan yang diminta kreditur untuk pencairan pinjaman itu. Saat ini, WIKA sudah mengajukan tim untuk bertemu dengan pihak CDB. "Persetujuannya kami minta minggu ini. Paling tidak, bisa cair di bulan ini," ujar Bintang di Jakarta, Rabu (10/1). WIKA juga terus mengejar pembangunan fisik proyek kereta cepat. "Kalau fisik di lapangan sudah 5%. Ada pembuatan terowongan di sana," imbuh Bintang.
Rini Mariani Soemarno, Menteri BUMN, menyatakan, WIKA juga sudah membebaskan lahan milik Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) di Halim Perdanakusuma seluas 15 hektare (ha). "Insya Allah, kami bisa menarik (pinjaman) dalam 10 hari ke depan," tambah dia. Sejatinya, fasilitas kredit tersebut diharapkan cair pada akhir tahun lalu. Namun, ada tambahan persyaratan yang diminta CDB terkait proyek kereta cepat tersebut. Tertundanya pencairan pinjaman sempat menjadi sentimen negatif yang turut mempengaruhi saham WIKA. Belanja modal 2018 Tahun ini, WIKA akan lebih ekspansif. Hal itu tercermin dari besaran belanja modal atau capital expenditure (capex) 2018 yang naik hampir 200%. Dari catatan KONTAN, capex WIKA pada 2015 sebesar Rp 1,7 triliun. Kemudian nilai capex pada 2016 turun menjadi Rp 1,4 triliun. Lalu pada 2017, capex WIKA kembali menggeliat menjadi Rp 12,02 triliun. Nah, tahun ini, nilai capex WIKA mencapai Rp 36 triliun. Sumber pendanaannya akan berasal dari kas internal, pinjaman perbankan, initial public offering (IPO) anak usaha, dan hasil keuntungan operasi. WIKA juga memiliki rencana untuk ikut menerbitkan obligasi global berdenominasi rupiah atau Komodo Bond. Nilainya sekitar US$ 400 juta atau Rp 5,38 triliun. "Saat ini masih proses," ungkap Bintang. WIKA juga akan menggiring anak usahanya, PT Wika Realty untuk IPO pada Maret atau April mendatang. Target dana yang dibidik dari IPO tersebut mencapai Rp 1,5 triliun hingga Rp 2 trilliun. Sebelumnya, WIKA juga telah memperoleh dana segar dari IPO PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk (WEGE) pada 30 November 2017. Selain mengerjakan proyek-proyek nasional, WIKA juga mencari kontrak baru dari proyek luar negeri. WIKA baru saja lolos tender proyek pembangunan jalur kereta api di Myanmar. Bintang mengungkapkan, nilai proyek pembangunan jalan kereta tersebut setara dengan Rp 250 miliar. "Kami baru menang tender untuk membuat jalannya saja," ujar dia. Selain di Myanmar, WIKA juga mengikuti tender proyek residensial di Dubai. WIKA juga sempat merambah negara-negara Afrika bagian utara, seperti Aljazair dan Nigeria. Di kawasan Asia, WIKA juga mengerjakan proyek di Thailand, Filipina dan Timor Leste.
Muhammad Nafan Aji, Analis Binaartha Parama Sekuritas, mengatakan, pencairan dana pinjaman untuk proyek kereta cepat akan menjadi sentimen positif untuk saham WIKA. Apalagi, sejak awal tahun ini, sektor konstruksi cenderung
rebound. Dalam sepekan terakhir, saham WIKA sudah naik 16,07%. "Secara teknikal, saya melihat sektor konstruksi, termasuk WIKA, mulai
rebound," ujar Nafan. Saat ini, PER WIKA mencapai 15,62 kali. Nafan menilai secara valuasi, angka tersebut masih murah. Sehingga, Nafan merekomendasikan
buy dengan target harga Rp 2.520. Kemarin, saham WIKA turun 1,39% ke level Rp 1.770. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati