WIKA Beton hanya bidik 30% kontrak baru dari WIKA Group



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT WIKA Beton Tbk (WTON) memastikan pencapaian kontrak baru perusahaan tidak akan terganggu atas teguran Komite Keselamatan Kontruksi (KKK) terhadap induknya yaitu PT Wijaya Karya Tbk (WIKA). Tahun ini, WTON menargetkan kontrak anyar sebesar Rp 7,56 triliun.

Sebagian besar dari target tersebut dibidik dari proyek eksternal. Sementara dari grup WIKA diharapkan hanya berkontribusi sekitar 25%-30% dari total proyek. Adapun pada tahun 2017, kontrak baru dari internal menyumbang porsi 28%.

Hadian Pramudita, Direktur Utama WTON mengatakan, teguran Komite Keselamatan Konstruksi (KKK) terhadap perusahaan konstruksi yang mengalami kecelakaan konstruksi termasuk WIKA tidak akan berpengaruh pada pencapaian kontrak baru perusahaan . "Sebenarnya teguran yang diberikan justru dampaknya positif ke kami karena kontraktor akan semkain memperhatikan keselamatan. Sementara dari sisi internal kami, kami juga sudah siap dengan SOP dalam menjalankan pekerjaan," katanya di Jakarta, Senin (19/3).


Namun, proyek yang digarap WTON yang sebelumnya mengalami kecelakaan konstruksi adalah LRT Velodrome-Kelapa Gading dan Jalan Tol Lingkar Luar Bogor atau Bogor Outer Ring Road (BORR). Namun, perusahaan tidak terkait langsung pada pekerjaan proyek itu karena hanya mensuplai kebutuhan beton saja.

Akibat kecelakaan kontruksi itu, pengerjaan kedua proyek tersebut sempat ditunda sementara atau moratorium. Hadian bilang, moratorium tersebut sudah dicabut dan selama moratorium tidak memberikan dampak negatif pada WTON.

Adapun target kontrak baru WTON tahun 2018, sekitar 55% dibidik dari proyek infrastruktur seperti jalan, jalan tol, pembangkit listrik, jaringan distribusi PLN ke pedesaaan. Selebihnya berasal dari proyek lain-lain.

Sementara Yushadi, Investor Relation WTON menambahkan, Komite Keselamatan Konstruksi tidak tidak bisa memberikan sanksi kepada perusahaan kontruksi. Komiten itu hanya bisa melakukan audit, sedangkan yang bisa memberikan sanksi hanya lembaga semacam Komite Nasional Keselamatan Transportasi. "Itu hasil pembicaraan kami dengan Direktorat Binamarga Kementerian PUPR. Dan saat ini belum ada lembaga seperti itu untuk sektor konstruksi sehingga belum ada sanksi." jelasnya.

Dengan tambahan kontrak carry over sebesar Rp 5,43 triliun maka total kontrak yang akan digarap WTON tahun ini ditargetkan akan mencapai Rp 12,99 triliun atau meningkat 21,4% dari tahun lalu. Seiring dengan pertumbuhan tersebut, perusahaan juga optimistis bisa mencatatkan pertumbuhan kinerja di 2018.

WTON menargetkan pendapatan Rp 6,94 triliun, meningkat dari pencapaian tahun 2017 yang tercatat sebesar Rp 5,36 triliun. Sementara laba bersihnya ditargetkan mencapai Rp 465 miliar, meningkat dari Rp 340 miliar tahun lalu.

Untuk mendukung pencapaian target kinerjanya, WTON akan terus melakukan ekpansi penambahan kapasitas produksi. Tahun ini, perusahaan akan menambah kapasitas produksi beton precast 300.000 ton sehingga sampai akhir tahun akan menjadi 3,6 juta ton. "Untuk mendukung itu kami akan siapkan capex Rp 676 miliar," kata Muhammad Syafii, Direktur Keuangan WTON.

Penambahan kapasitas produksi itu akan dilakukan dengan penambahan jalur di pabrik precast yang ada di Lampyung Selatan dan Sulawesi Selatan. Saat ini kapasitas di dua pabrik itu masing-masing 377.000 ton dan 210.000 ton. Di luar beton precast, WTON juga menargetkan produksi 1,5 juta ready mix.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sofyan Hidayat