Wika Bitumen mulai garap joint venture dengan perusahaan China



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Wijaya Karya Bitumen (Wika Bitumen) baru saja memperoleh kontrak baru serta mulai menjalankan bisnis joint venture dengan salah satu perusahaan di China.

Arifin Fahmi, Direktur Utama Wika Bitumen mengungkapkan, bulan ini pihaknya mendapatkan purchase order (PO) dari Bangun Cipta Kontraktor yang mencakup 10 kontainer, di mana setiap kontainer berisi 18 ton aspal. Artinya, volume PO tersebut mencapai 800 ton aspal dengan nilai Rp 1,08 miliar.

Anak usaha dari PT Wijaya Karya (Persero) Tbk ini juga tengah menjajaki kerjasama dengan mitra bisnis di Kota Dafeng, China. "Mitra bisnis kami di Dafeng akan membuka L/C (letter of credit) untuk bulan April,"ujar Arifin saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (26/3).


Wika Bitumen pada tahun ini bakal melakukan joint venture dengan perusahaan China dengan memasok Buton Rock Asphalt (BRA) sebanyak 5.000 ton dengan nilai US$ 400.000 serta raw material sebanyak 35.000 ton dengan nilai US$ 875.000.

Arifin bilang, kerjasama tersebut berjalan selama 1,5 tahun dengan nilai joint investment US$ 16,5 juta yang saat ini masih dalam proses analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal) dan master list.

Berdasarkan catatan Kontan.co.id, pada bulan ini, perseroan tengah memastikan kelengkapan alat-alat produksi partner mereka di China, sembari menantikan proses Amdal tersebut selesai dilakukan. 

Perusahaan China dalam hal ini bakal menyuplai sebagian besar kebutuhan produksi termasuk alat terpasang. Jika semuanya selesai terpasang, Wika Bitumen akan mulai mengimpor bahan baku sekitar Juni atau Juli. 

Dengan begitu, perusahaan bisa kembali mengaktifkan kegiatan ekspornya pada semester II-2018.

Namun demikian, perusahaan China tersebut berencana datang ke Indonesia dan mulai melakukan pengangkutan BRA dan raw material pada April 2018.

Tahun ini, Arifin optimistis bisa mencetak kenaikkan penjualan hingga 10 kali lipat dibandingkan tahun lalu. "Bisnis tambang dan minyak seperti roller coaster, sehingga pertumbuhan dan penurunan bisa sangat tajam," ungkap Arifin. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi