JAKARTA. PT Wijaya Karya Tbk (Persero) menggandeng investor asal Prancis, PT Matiere Bridge Building Indonesia, untuk menggarap proyek infrastruktur dan kerangka baja. Direktur Keuangan Wijaya Karya A.N.S.Kosasih dan Chairman Matiere, Philippe Matiere meneken nota kesepahaman kerja sama tersebut pada Rabu (29/3), serta disaksikan Presiden Prancis, Francois Hollande.Kerja sama tersebut mencakup pengerjaan rangka baja untuk jembatan dan jalan tol dengan teknologi tinggi, dan pembangunan pabrik dan fasilitas produksi rangka baja jembatan dan jalan tol di Indonesia. Proses produksi akan menggunakan teknologi
ultra high performance concrete di mana produk rangka baja dan beton yang diproduksi akan lebih ringan, lebih tipis namun jauh lebih kuat serta dapat diproduksi dalam bentuk modular, sehingga mempermudah perencanaan dan mempercepat pemasangan di berbagai proyek infrastruktur.
"Yang membuat kami tertarik adalah komitmen dari Matiére yang menyatakan bahwa produk fabrikasi yang akan dihasilkan akan mengandung 91%
local content. Ini berarti kami sebagai BUMN tidak hanya menjadi tukang, tetapi juga berperan besar dalam proses produksi." ujar Kosasih dalam keterangan tertulis, Rabu (29/3). "Untuk produksi baja kami dan Matieré akan mengadakan kerja sama dengan Krakatau Steel. Hal ini akan mendongkrak juga sinergi BUMN," imbuh Kosasih. Lanjut Kosasih, pihaknya juga tertarik bekerja sama lantaran Matiere menawarkan alih teknologi yang akan diperoleh WIKA sebagai mitra strategis Matiére, karena nantinya kita akan membangun pabrik bersama untuk memproduksi produk-produk rangka baja dan beton berteknologi tinggi. "Salah satunya adalah teknologi
ultra high performance concrete di mana pemasangan dan penyambungan modul atau segmen jembatan dan jalan tol yang dulunya dalam hitungan hari atau jam sekarang bisa diselesaikan dalam hitungan menit," paparnya. Kerja sama tersebut juga akan memberikan peluang bagi perusahaan berkode emiten WIKA ini untuk mengembangkan bisnis di luar negeri, terutama di negara-negara di mana Matiére telah menjadi pemimpin pasar. Tahun ini, WIKA telah mengantongi beberapa kontrak untuk pekerjaan jalan dan jembatan diantaranya pembangunan jalan tol Serang-Panimbang senilai Rp 2,85 triliun, jalan tol Cengkareng-Kunciran senilai Rp 1,98 triliun, Natar Bora Road di Timor Leste senilai Rp 157,7 miliar. Kemudian untuk pembangunan jembatan diantaranya jembatan Tumbang Sumba Kalimantan Tengah senilai Rp 259,4 miliar dan pembangunan jalan dan jembatan di Soibada Timor Leste dengan nilai kontrak Rp 98,4 miliar. Menurut Kosasih, kebutuhan pembangunan jalan dan jembatan di Indonesia semakin meningkat seiring dengan semakin berkembangnya perekonomian di setiap daerah di Indonesia. ''Saat ini dari target kontrak baru senilai sekitar Rp 43 triliun, kami telah memperoleh sekitar 34,6% di minggu ketiga Maret, di mana sebagian besar berasal dari proyek-proyek infrastruktur," ujarnya. Sejumlah proyek tersebut akan menjadi peluang bagi Matiere untuk turut terlibat ke depannya jika teknologi yang diperlukan sesuai dengan teknologi jembatan modular yang dimiliki oleh investor asal Prancis tersebut.
Philippe Matiére menyebut, salah satu jembatan sepanjang 1,2 kilometer yang dibangun Matiére di Filipina, menyeberangi salah satu sungai terbesar di Manila, dapat diselesaikan hanya dalam waktu enam bulan dengan teknologi yang dimiliki pihaknya. Sementara, jika menggunakan teknologi produksi konvensional dapat memakan waktu hingga dua tahun. Matiére tertarik berinvestasi di Indonesia di mana WIKA sebagai mitra strategis akan dapat memfasilitasi untuk penyediaan lahan, perizinan, fasilitas produksi dan sumber daya manusia yang tepat untuk kebutuhan fabrikasi, serta menyediakan pasar sebagai salah satu pemain terbesar di industri infrastruktur tanah air. Dengan perolehan kontrak baru hingga minggu lalu, WIKA memperkirakan laba sepanjang kuartal pertama 2017, bisa melebihi Rp 200 miliar dan pada akhir tahun perolehan laba bisa mencapai Rp 1,22 triliun. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dupla Kartini