Wika Gedung sibuk garap proyek



KONTAN.CO.ID - Beruntunglah PT Wijaya Karya Bangunan Gedung (WIKA Gedung) yang mengaku tidak sepi job pada tahun ini. Daftar pekerjaan mereka saat ini memuat 53 kontrak dengan total nilai Rp 13 triliun.

Salah satu proyek WIKA Gedung adalah superblok central business district (CBD) di Desa Wiyung, Surabaya, Jawa Timur. Proyek ini milik Puncak Group.

Muhammad Yusuf, Manajer Divisi Konstruksi 2 WIKA Gedung menjelaskan, Luas area pengembangan CBD milik Puncak Group mencapai 23 hektare (ha). Superblok tersebut bakal terdiri dari apartemen, rumah toko (ruko), ruang konvensi, mall, pasar modern, menara perkantoran dan hotel.


Proses pembangunan CBD Puncak Group terbagi dalam lima tahap dengan target penyelesaian secara keseluruhan pada tahun 2023. Proyeksi nilai konstruksi pembangunan proyek tersebut antara Rp 5 triliun-Rp 6 triliun.

Nah, saat ini WIKA Gedung masih dalam tahap I pembangunan. Nilai konstruksi proyek tahap I mencapai Rp 1,1 triliun.

Adapun proyek tahap I CBD Puncak Group berisi tiga menara apartemen dengan ketinggian masing-masing 44 lantai. Ketiga menara apartemen berisi total 5.000 unit. Selain apartemen, bakal ada pula 260 unit ruko.

Selain CBD Puncak Group di Surabaya, WIKA Gedung mengerjakan beragam jenis proyek properti. Mulai dari hunian, stadion olahraga, menara perkantoran hingga pusat perbelanjaan.

Khusus di pusat perbelanjaan, WIKA Gedung bahkan mendapatkan pesanan dari PT Trans Retail Indonesia berupa pembangunan delapan Transmart Carrefour. Lokasinya di Tegal, Mataram, Kupang, Sidoarjo, Jember, Cibubur, Surabaya dan Bogor.

Total nilai konstruksi delapan proyek pusat perbelanjaan itu Rp 2 triliun. Sementara jadwal pembangunan Transmart Carrefour di Sidoarjo, Jember, Cibubur, Surabaya dan Bogor tahun depan.

Dua model bisnis

Selama ini WIKA Gedung menjalankan dua model pembangunan proyek. Mereka bisa menjadi pengembang proyek (developer) atau kontraktor pembangun saja. Kebutuhan modal menjadi developer lebih tinggi ketimbang kontraktor. Sumber pendanaan berasal kas pribadi dan pinjaman. Misalnya, 30% kas dan 70% pinjaman.

Lain cerita dengan menjadi kontraktor. "Kalau kontaktor, kami mengandalkan dana penjualan dari pelanggan dan uang muka dan bulanan pemberi tugas proyek," kata Nur Al Fata, Direktur HC dan Pengembangan Investasi WIKA Gedung di, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (15/8).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie