JAKARTA. Emiten konstruksi pelat merah, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) tahun ini menyiapkan dana Rp 1,55 triliun untuk meningkatkan penyertaan modal ke anak usahanya. Suntikan dana terbesar akan diberikan kepada anak usaha yang menggarap proyek high speed rail (HSR) atau kereta api cepat Jakarta-Bandung yakni PT Kereta Api Cepat Indonesia-China (KCIC). "Tahun ini kita berencana tambah modal KCIC Rp 800 miliar," kata Sekretaris Perusahaan WIKA Suradi Wongso, kepada KONTAN baru-baru ini.
KCIC merupakan perusahaan patungan antara konsorsium BUMN China dan Pilar Sinergi BUMN Indonesia dengan kepemilikan masing-masing 40% dan 60%. Sementara WIKA menjadi pemimpim konsorsium BUMN Indonesia dengan porsi 38%. Sejauh ini WIKA telah menyetor senilai Rp 285 miliar. Pemilik saham Pilar Sinergi lain adalah PT Kereta Api Indonesia (KAI) sebesar 25%, PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VII sebesar 25%, dan PT Jasa Marga Tbk (JSMR) sebesar 12%. Saat ini, KCIC telah menyetor modal awal Rp 1,25 triliun sebagai syarat kepemilikan modal badan usaha di bidang transportasi sesuai aturan yang ada. KCIC akan mendanai proyek HSR senilai US$ 5,5 miliar dari kas internal 25% dan pinjaman 75%. Pinjaman perbankan akan diperoleh dari China Development Bank. Setelah KCIC menyetor modal Rp 1,25 triliun, China Development Bank segera mencairkan pinjaman Rp 3,75 triliun. WIKA menargetkan, penjanjian pinjaman dengan bank ini rampung sebelum groundbreaking proyek HSR, 21 Januari 2016. Bintang Perbowo, Direktur Utama WIKA, mengatakan, China Development Bank baru mencairkan pinjaman secara penuh hingga 75%, jika KCIC menyerahkan modal setara 25% nilai proyek. "Porsi WIKA nanti sampai Rp 4,1 triliun-Rp 4,2 triliun. Kita akan tambah secara bertahap," tutur Bintang. WIKA Gedung WIKA juga akan menyuntik modal ke PT WIKA Gedung sebesar Rp 200 miliar dan sisanya Rp 550 miliar untuk anak usaha perseroan lain. Perseroan menargetkan WIKA Gedung bisa melakukan penawaran saham perdana alias initial public offering (IPO) tahun ini atau tahun 2017. Saat ini, WIKA masih fokus untuk melakukan pemisahan usaha (spin off) departemen gedung yang masih di bawah WIKA untuk digabung ke WIKA Gedung. Dengan tambahan modal dan penggabungan usaha tersebut, WIKA Gedung ditargetkan bisa menyumbang kontribusi laba bersih Rp 200 miliar tahun ini terhadap perseroan. Suradi menambahkan, suntikan modal anak usaha tersebut akan dialokasikan dari belanja modal tahun ini sebesar Rp 10,5 triliun, dengan asumsi WIKA memperoleh Penambahan Modal Negara (PMN) sebesar Rp 4 triliun. Jika tanpa PMN, capex WIKA hanya Rp 4,7 triliun yang berasal dari ekuitas sebesar Rp 1,7 triliun dan Rp 3 triliun dari utang. Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri mengatakan penyuntikan modal anak usaha cukup positif terutama untuk KCIC. "Proyek HSR itu pasti jalan karena pendanaannya 75% dari China Development Bank," katanya. Hans bilang, jika WIKA memperoleh PMN tahun ini maka pendanaan untuk ekspansi dan suntikan modal anak usahanya tidak akan menjadi masalah.
Namun jika tidak, WIKA harus hati-hati melakukan ekspansi agar rasio utang tetap terjaga. Sebetulnya menurut Hans, Rasio utang terhadap ekuitas (DER) WIKA masih cukup aman jika perseroan menganggarkan capex Rp 4,7 triliun tahun ini. Pasalnya, per September DER perseroan ini masih 0,7 kali. Jika tak memperoleh PMN, Hans tetap mengharapkan agar WIKA fokus tambah modal KCIC. Sementara suntikan modal anak usaha yang lain bisa ditunda, agar neraca keuangan perseroan ini tetap terjaga. Hans tetap merekomendasikan buy saham WIKA dengan target harga Rp 3.800 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie