Wilayah Kerja (WK) sumbang penerimaan negara hingga Rp 249 triliun



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jumlah produksi kumulatif Wilayah Kerja (WK) Cepu telah mencapai 500 juta barel minyak (MMBO). Jumlah ini melebihi komitmen target Plan of Development (POD) awal sebesar 450 MMBO.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, dengan produksi kumulatif sebanyak 500 juta barel minyak itu, WK Cepu mampu memberikan penerimaan negara sebesar empat kali lipat dibandingkan nilai investasinya.

“Sejak 2008, dengan total investasi sekitar Rp 57 triliun, WK Cepu telah memproduksi 500 juta barel minyak mentah dan berkontribusi lebih dari Rp 249 triliun bagi pendapatan negara dalam bentuk minyak mentah dan pajak,” kata Dwi dalam keterangan tertulis.


WK Cepu dikelola Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) ExxonMobil Cepu Ltd. (EMCL). Fasilitas WK Cepu dibangun oleh 5 konsorsium yang dipimpin oleh perusahaan-perusahaan Indonesia. Lebih dari 460 perusahaan nasional dan lokal juga turut berpartisipasi dalam mendukung pengembangan dan operasi di WK tersebut. 

Berdasarkan kajian teknis, cadangan Lapangan Banyu Urip, lapangan minyak yang dikembangkan pertama di WK Cepu, meningkat menjadi 940 MMBO. Angka tersebut naik lebih dari dua kali lipat dibanding angka berdasarkan POD awal yang sebesar 450 MMBO. 

Baca Juga: Produksi Blok Cepu lebihi target awal POD, penerimaan negara ikut terdongkrak

Dwi bilang, di awal POD Banyu Urip, tingkat periode plateau diperkirakan berlangsung sekitar 2 tahun dengan tingkat produksi rata-rata tahunan sebesar 165.000 barel minyak per hari (BOPD). Sejak full facility dimulai pada Januari 2016, puncak produksi dapat dicapai selama lebih kurang 5 tahun di angka 185.000 hingga 225.000 BOPD, termasuk tambahan 10.000 BOPD dari lapangan Kedung Keris sejak Desember 2019.

“Banyu Urip berada di puncak produksi selama 5 tahun, lebih lama 3 tahun dari yang diantisipasi semula, kini lapangan tersebut mengalami penurunan reservoir secara alami karena karakter reservoir alami yang berlaku umum di seluruh dunia,” lanjutnya.

Dwi memastikan, pihaknya akan terus berupaya bersama EMCL untuk menjaga tingkat penurunan produksi yang terjadi.  Dwi bilang, WK Cepu merupakan salah satu tulang punggung dalam upaya mencapai produksi nasional 1 juta BOPD di 2030.

Presiden ExxonMobil Indonesia, Irtiza Sayyed mengatakan, keberhasilan pengelolaan WK Cepu merupakan hasil kemitraan yang baik antara Kementerian ESDM, SKK Migas, ExxonMobil Cepu Limited, dan para mitra, yaitu PT Pertamina EP Cepu dan BKS PI Blok Cepu.

“Pencapaian ini juga merupakan bukti dari kemampuan ExxonMobil dalam membuat desain proyek kelas dunia dengan operasi yang aman dan kredibel, pengelolaan reservoir yang sangat baik, serta manajemen operasi yang andal oleh tenaga kerja Indonesia berkelas dunia,” tambahnya.

Selanjutnya: Program pertanian sehat Pertamina EP Cepu berkembang pesat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .