Wilbur Ross: Kesepakatan dagang masih sangat jauh



KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Amerika Serikat (AS) Dan China masih sangat jauh dari penyelesaian masalah dagang. Tapi tetap ada peluang dua negara dengan ekonomi terbesar dunia ini mencapai kesepakatan. Hal ini diungkapkan oleh Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross, Kamis (24/1).

Ross mengatakan, delegasi China yang beranggota 30 orang akan datang ke Washington pekan depan untuk pembicaraan dagang. Pembicaraan dagang ini menyusul pembicaraan sebelumnya di Beijing. AS dan China memiliki tenggat waktu hingga 1 Maret untuk menyelesaikan masalah dagang.

"Ada kelompok yang sangat besar datang. Ada banyak pekerjaan persiapan yang telah dilakukan, tapi kami masih sangat jauh dari resolusi, dan terus terang ini tidak mengejutkan," kata Ross seperti dikutip Reuters.


Ross mengatakan bahwa perdagangan merupakan hal yang sangat rumit dan melibatkan berbagai masalah, tidak hanya seberapa banyak kedelai dan LNG. AS menuntut China untuk reformasi struktural perdagangan. AS juga menuntut mekanisme penegakan hukum jika ada kegagalan dalam mematuhi kesepakatan.

Dia mengatakan, kedua pihak kemungkinan tidak akan bisa menyelesaikan semua perselisihan dalam pembicaraan minggu depan. Tapi, dia menambahkan, "Ada peluang untuk mencapai kesepakatan."

Komentar Ross ini membawa sentimen negatif bagi pasar saham. Kekhawatiran berlanjutnya perang dagang menyebabkan indeks Dow Jones kemarin terkoreksi di tengah laporan kinerja emiten yang positif.

Di sisi lain, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin lebih optimistis. Dia mengatakan bahwa AS dan China mencatat banyak kemajuan pembicaraan dagang tanpa menyebut kemajuan ini.

Pertemuan AS-China pekan depan merupakan pembicaraan dengan level lebih tinggi daripada pertemuan Beijing lalu. Mnuchin mengatakan, pembicaraan termasuk praktik mata uang China. Dia mengkritik bahwa mata uang yuan terus melemah. Tapi dalam beberapa waktu terakhir, yuan menguat seiring makin aktifnya pembicaraan dagang.

Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengatakan akan menaikkan tarif hingga 25% dari sebelumnya 10% untuk produk impor dari China senilai US$ 200 miliar jika kedua negara gagal mencapai kesepakatan pada 1 Maret 2019.

China membantah tuduhan bahwa perusahaan asing yang masuk ke negara dengan penduduk terbesar ini harus menghadapi transfer teknologi secara paksa. China pun mengacuhkan keluhan pelanggaran kekayaan intelektual.

Pada pertemuan sebelumnya, China menawarkan kenaikan pembelian kedelai, energi dan produk lain untuk menekan surplus perdagangannya dengan AS. "Selama negosiasi tingkat tinggi mendatang, kedua pihak akan mengadakan pembicaraan mendalam tentang berbagai masalah ekonomi dan perdagangan," kata Gao Feng, jurubicara kementerian perdagangan.

Mnuchin, Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan pejabat tinggi administrasi Trump lain akan bertemu dengan Wakil Perdana Menteri China Liu He pada 30-31 Januari di Washington.

Editor: Wahyu T.Rahmawati