KONTAN.CO.ID --JAKARTA. Produsen minyak nabati, PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk (
CEKA) mengakui bahwa tahun ini dimulai dengan tren harga minyak sawit mentah (CPO) yang rendah. Hal tersebut turut mempengaruhi kinerja perseroan, khususnya dari segi pendapatan.Untuk itu CEKA memutar otak dengan mengencangkan ikat pinggang lewat efisiensi diberbagai lini. Alhasil laba bersih kuartal-III tahun ini mampu naik 218%
year on year (yoy) menjadi Rp 131,08 miliar. Baca Juga:
Wilmar Cahaya (CEKA) akan bagi dividen Rp 45 per saham Jumlah tersebut sebenarnya sudah melebihi perolehan laba bersih perseroan selama tahun 2018 lalu yang sebanyak Rp 92,65 miliar. Untuk itu perusahaan optimistis bottomline sampai akhir tahun ini dapat meningkat dibandingkan tahun kemarin. "Harapannya (bottom line) begitu, dapat lebih baik dibandingkan tahun kemarin," sebut Erry Tjuatja, Presiden Direktur CEKA ditemui usai Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) perseroan, Rabu (6/11). Sedangkan terkait capaian pendapatan, manajemen enggan mematok target tertentu. Tren harga memang terjadi penguatan, namun CEKA enggan berspekulasi terlalu jauh. Apalagi sepanjang kuartal-III ini revenue turun 19% yoy menjadi Rp 2,24 triliun, atau sekitar 62% dari pendapatan bersih tahun 2018 yang sebesar Rp 3,6 triliun. Sedangkan volume penjualan sampai kuartal-III tahun ini, menurut Erry, sekitar 240.000 ton. Maka dengan asumsi per bulannya CEKA menjual volume produknya 26,7 ribu ton, maka sampai akhir tahun ini diperkirakan volume penjualan CEKA berkisar 320.000 ton. Baca Juga:
Berkat efisiensi, laba bersih Wilmar Cahaya (CEKA) melejit 218% di kuartal III 2019 Saat ini perusahaan memiliki satu pabrik minyak nabati spesialitas di Cikarang dengan kapasitas produksi 210 ton per hari dan pabrik minyak nabati di Pontianak berkapasitas 650 ton per hari. Menurut Erry utilitasnya saat ini sekitar 90%, perusahaan belum akan menaikkan tingkat utilitasnya sebab masih bergantung kebutuhan pasar. Oleh karena belum ada rencana peningkatan produksi, maka belum ada ekspansi yang akan dilakukan di tahun depan. Bicara soal belanja modal (capex), setiap tahunnya dipergunakan CEKA untuk hal operasional sehari-hari dan jumlahnya tak lebih 10% dari fixed asset perseroan setiap tahunnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Azis Husaini