KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wilmar Padi Indonesia menargetkan kemitraan melalui Farmer Engagement Program (FEP) tahun ini meningkat menjadi 10,000 hektare (ha). Luasan itu naik signifikan dari realisasi kemitraan tahun lalu yang baru 3.366 ha. Rice Business Head PT Wilmar Padi Indonesia (WPI) Saronto mengatakan, tiga lokasi baru untuk FEP tahun ini adalah Pandeglang, Lampung, dan Kuala Tanjung. Peningkatan kemitraan terjadi karena program tersebut mendapat respons positif dari petani, terutama karena adanya pendampingan dari tim agronomis perusahaan yang membantu meningkatkan produktivitas mitra.
Dari data di lapangan, peningkatan produktivitas dalam pendampingan tersebut minimal 15 persen. “Melalui pendampingan petani dapat meningkatkan produktivitasnya, sehingga dengan sendirinya pendapatan mereka meningkat,” kata Saronto, Selasa (28/3).
Baca Juga: Harga Gabah Kembali Normal Setelah SE Batas Bawah Pembelian Beras Dicabut Pada musim tanam I (November 2022-Februari 2023), jumlah petani peserta FEP mencapai 2.302 orang dengan luas lahan 2.815 ha. Angka tersebut melonjak dibanding periode sama tahun lalu yang hanya 1.626 orang dengan luas lahan 1.113 ha. Sejak musim tanam II (Maret-Juni 2021) hingga saat ini, total petani yang telah bergabung dalam FEP sebanyak 7.561 orang dengan luas lahan 6.798 ha yang tersebar di Jawa dan Sumatera. FEP dimulai sejak musim tanam II 2021 dengan luas lahan kemitraan 141 ha. Program tersebut dapat berjalan dengan baik juga karena dukungan dari pemerintah daerah, dinas pertanian, perusahaan agri input dan gabungan kelompok tani (Gapoktan). Dalam program itu, petani mendapatkan tiga fasilitas. Pertama berupa agri input, yaitu asuransi pertanian serta sarana dan prasarana produksi pertanian. WPI bekerjasama dengan Jasindo dan pemerintah daerah yang memberikan subsidi untuk petani.
Baca Juga: Wilmar Padi Indonesia Targetkan Peningkatan 15% Produksi Padi pada Tahun Ini Selain itu, perusahaan juga menggandeng Asuransi Central Asia (ACA). Kedua, penerapan
good agriculture practices (GAP). Ketiga, bantuan mengakses pasar yaitu perusahaan menyerap produksi beras petani dengan harga yang baik dan wajar. Perusahaan mampu membeli gabah petani dengan harga wajar karena efisiensi produksi dan mampu memanfaatkan produk samping (by product) menjadi produk hilir yang memberikan nilai tambah. Seperti, bekatul, kulit, menir dan sekam. Sedangkan dasar pembelian gabah ditentukan oleh kualitas yang ditentukan oleh kadar air, kadar kotoran, dan butir hijau. “Intinya pembelian ditentukan oleh rendemen,” kata Saronto. Saronto menjelaskan, dalam menjalankan bisnisnya, WPI memiliki tiga tujuan utama.
Pertama, membantu meningkatkan kesejahteraan petani dengan membeli gabah dengan harga yang baik dan wajar.
Baca Juga: Pupuk Mahkota Kampanyekan Pemupukan Berimbang ke Petani Sawit Kedua, membantu pemerintah dalam ketahanan pangan.
Ketiga, membantu pemerintah mengendalikan inflasi akibat dampak kenaikan harga beras.
“Kami berupaya mengikuti arahan pemerintah untuk ikut meningkatkan ketahanan pangan di dalam negeri,” kata dia. Pihaknya juga menghadapi sejumlah tantangan dalam program tersebut. Di antaranya, edukasi pengetahuan dan teknologi baru yang diperkenalkan tim FEP karena adanya
knowledge gap. Selain itu, tim juga harus membangun hubungan emosional yang kuat dengan petani, karena tidak jarang saat panen tiba mereka didekati oleh tengkulak dengan iming-iming harga yang lebih tinggi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli