JAKARTA. PT Wilmar International berharap bisa segera merealisasikan pembukaan lahan perkebunan tebu dan pabrik gula (PG) di Merauke, Papua. Setelah menerima izin penggunaan lahan dari Pemerintah Daerah (Pemda) Merauke, Wilmar berharap izin pelepasan lahan dari Kementerian Kehutanan (Kemhut) bisa segera keluar. MP Tumanggor, Komisaris PT Wilmar Indonesia mengatakan, lokasi perkebunan tebu terletak di Merauke dengan luas mencapai 80.000 hektare (ha). "Sudah sekitar satu bulan lalu izin dari pemerintah daerah diberikan," katanya. Realisasi pengembangan perkebunan tebu hanya bisa dilakukan setelah Kemhut mengeluarkan izin pelepasan lahan. Oleh karena itu, Tumanggor berharap izin tersebut bisa segera keluar, setidaknya pada pertengahan tahun ini.
Papua dipilih karena wilayah itu memiliki iklim, lahan dan peluang pasar yang terbuka lebar. Apalagi jika perkebunan tebu didukung dengan pengembangan PG secara terintegrasi. "Selama ini gula untuk wilayah timur masih disuplai dari Jawa," ujar Tumanggor. Rencananya Wilmar akan mengembangkan perkebunan tebu terintegrasi dengan pabrik pengolahan. Untuk membangun seluruh kebun dan pabrik hingga beroperasi, Tumanggor menghitung, perlu waktu sekitar tiga tahun. Sebelumnya diberitakan, biaya investasi pembangunan pabrik tebu terintegrasi itu mencapai US$ 1 miliar. Wilmar Indonesia melaui anak usahanya PT Anugrah Rejeki Nusantara telah menyewa lahan seluas 30 ha untuk penangkaran benih tebu dengan biaya US$ 2 juta Suplai bibit berkualitas Hendri Saksti, Head of Operations Wilmar Indonesia mengatakan, agar lebih efisien dalam menjalankan operasinya nanti, maka output yang dihasilkan dari PG di Papua harus besar. Produksi tebu di Papua ini ditargetkan mencapai lebih dari 10.000 tons cane per day (TCD) sampai 12.000 TCD. Agar produktivitasnya mencapai target, Wilmar bekerjasama dengan perusahaan pembibitan tebu untuk menyuplai bibit tebu berkualitas. Salah satunya dengan Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI). Aris Toharisman, Kepala Bidang Usaha dan Kerjasama P3GI mengatakan, pihaknya telah diajak kerjasama dengan Wilmar untuk penyediaan benih tebu. "Kita diminta melakukan pengujian varietas tebu yang cocok ditanam di Papua," ujarnya.
Aris mengaku, mengembangkan varietas baru diwilayah timur Indonesia bukan pekerjaan mudah. Sebab, selama ini pengujian varietas benih tebu yang dilakukan P3GI hanya di sentra-sentra perkebunan tebu. Sementara di Papua belum ada pembukaan lahan perkebunan tebu. Karena itu belum bisa diperoleh banyak data. Pada pertengahan tahun lalu hama pengerek batang tanaman menyerang lahan perkebunan bibit tebu di Merauke, Papua seluas 250 ha. Lahan itu milik empat perusahaan yang beroperasi di kawasan Merauke Integrated Food Estate and Energy (MIFEE), yaitu PT Rajawali Corpora, Wilmar Indonesia, PT Murdaya Poo, dan Medco Agro. Potensi kerugian serangan hama itu mencapai Rp 40 miliar. Selain Papua, Wilmar juga mengincar lahan perkebunan tebu di Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT). Iklim di wilayah itu dianggap cocok karena memiliki musim panas cukup panjang, lima bulan. Sekedar catatan, selama ini Wilmar lebih banyak bermain di industri minyak sawit dari hulu sampai hilir. Dari 4 juta-5 juta ton CPO produksi Wilmar, sebagian besar diolah menjadi minyak goreng dan biodiesel. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Uji Agung Santosa