KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Investor asing kembali masuk ke bursa saham Indonesia. Asing mencatatkan beli bersih atau
net buy sebesar Rp 3,87 triliun pada Jumat (15/12). Angka ini merupakan
foreign net inflow tertinggi sejak April 2023. Sejalan dengan arus dana investor asing, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga ikut menguat. IHSG menutup pekan kedua Desember 2023 dengan menguat 0,21%. Indeks komposit ini berhasil naik 14,97 poin ke level 7.190,98 hingga akhir perdagangan. Terpantau asing mulai kembali masuk ke saham-saham
blue chip. Pada perdagangan Jumat (15/12), PT Bank Central Asia Tbk (
BBCA) mencatatkan
net buy Rp 1 triliun.
Asing juga mengakumulasi saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (
BBRI), PT Telkom Indonesia Tbk (
TLKM) dan PT Astra International Tbk (
ASII) dengan masing-masing
net buy Rp 301,7 miliar, Rp 143,4 miliar dan Rp 86,8 miliar.
Baca Juga: IHSG Ditutup Menguat ke 7.190,9 di Hari Ini, TPIA, UNVR, INDY Jadi Top Gainers LQ45 Retail Analyst Maybank Sekuritas Adi Wicaksono mengatakan memang pasar tengah merespons positif sikap The Fed dalam menahan suku bunga dan ekspektasi penurunan suku bunga tahun depan. "Pasar merespons positif sikap The Fed yang menangkap sinyal suku bunga akan mengalami penurunan tiga kali tahun depan," jelas dia, Jumat (15/12). Adi bilang sikap
dovish yang ditunjukkan The Fed di akhir tahun ini membuat investor kembali beralih ke aset yang lebih berisiko ketimbang dolar Amerika Serikat (AS). Menurutnya yang menjadi kabar baik adalah investor asing sudah kembali melirik saham-saham
blue chip. Asing sudah beralih dari saham dari sektor bahan baku. "Perbankan
big cap ditutup menguat. Hampir sebagian besar saham
blue chip kompak menguat," ujar Adi.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus mengatakan sikap
dovish The Fed menjadi angin surga bagi pasar global. Pasalnya The Fed menjadi tolak ukur bagi bank sentral lainnya. Jika bank sentral AS Ini menurunkan suku bunga, maka ada potensi bank sentral negara lainnya ikut mengekor jejak The Fed. Nico mengatakan penurunan suku bunga akan menjadi sentimen positif. Suku bunga yang rendah bakal mendorong tingkat konsumsi masyarakat yang lebih tinggi. "Namun hantu ketidakpastian yang dirasakan investor akan menghilang pada Maret 2024 karena di bulan itu potensi The Fed menaikkan suku bunga masih tinggi," tuturnya.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Surya Semesta Internusa (SSIA) yang Masih Cetak Rugi Bersih Nico menyebut kembalinya investor asing memang bisa menjadi indikasi
window dressing telah terjadi. Namun ia menekankan semuanya tergantung pada keputusan The Fed. Untuk akhir tahun ini, Pilarmas Investindo Sekuritas menjagokan sektor perbankan, telekomunikasi, konsumen primer, transportasi dan logistik dengan saham
BBCA,
BBNI,
BBRI,
BMRI,
TLKM dan
JSMR.
“Dan apabila tingkat suku bunga turun tahun depan, maka properti akan mencuri perhatian bersamaan dengan otomotif,” tutur Nico.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi