BANGKALAN. Semakin hari persediaan bahan bakar batu bara kita semakin terkuras, maka dari itu tidak ada salahnya untuk mulai beralih ke bahan bakar yang renewable energy, contohnya si wood pellet ini.Prof. Yanto Santoso dari IPB menjelaskan dalam bobot yang sama wood pellet memiliki kalori yang tidak jauh berbeda dari batu bara. Sebut saja, batu bara dengan kalori rendah nilai kalorinya berkisar 4.800 - 5.200 kalori. Sementara wood pellet yang menggunakan serbuk gergaji nilai kalorinya berkisar 4600 - 4900 kalori.Tak hanya itu, wood pellet jauh lebih ramah lingkungan dibanding dengankan batu bara. Jika batu bara masih mengemisikan gas rumah kaca, maka wood pellet sama sekali tidak mengemisikan gas rumah kaca. "Kadar abunya kurang dari 1 persen," jelas Prof Yanto. Selain itu, menurutnya penambangan batu batu bara berpotensi merusak lingkunga, sedangkan wood pellet sama sekali tidak merusak lingkungan. Saat ini bersama dengan ICCTF, Prof. Yanto sedang mengembangkan wood pellet yang terbuat dari tanaman kaliandra di kabupaten Geger, Bangkalan, Madura. Mengapa kaliandra? Berdasarkan penelitian yang dilakukan di IPB, dengan melakukan perbandingan terhadap 4 jenis tanaman: kaliandra, glereside , kemglandingan dan, segonbuto, ternyata tanaman kaliandra memiliki produktivitas biomassa terbesar. "Saya pikir masa depan kita itu wood pellet," ujar Prof Yanto.Prof. Yanto bilang bahwa pemerintah sebaiknya mulai berani menggunakan biomassa energi dengan wood pellet yang tentunya akan lebih ramah lingkungan. Jika saja PLN mau , maka produksi wood pellet yang dihasilkan di dalam negeri dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhan PLN. Selain itu Prof. Yanto juga menghimbau agar Bappenas mulai menghimbau pabrik - pabrik untuk mulai menggunakan wood pellet.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Wood Pellet, si pengganti batu bara
BANGKALAN. Semakin hari persediaan bahan bakar batu bara kita semakin terkuras, maka dari itu tidak ada salahnya untuk mulai beralih ke bahan bakar yang renewable energy, contohnya si wood pellet ini.Prof. Yanto Santoso dari IPB menjelaskan dalam bobot yang sama wood pellet memiliki kalori yang tidak jauh berbeda dari batu bara. Sebut saja, batu bara dengan kalori rendah nilai kalorinya berkisar 4.800 - 5.200 kalori. Sementara wood pellet yang menggunakan serbuk gergaji nilai kalorinya berkisar 4600 - 4900 kalori.Tak hanya itu, wood pellet jauh lebih ramah lingkungan dibanding dengankan batu bara. Jika batu bara masih mengemisikan gas rumah kaca, maka wood pellet sama sekali tidak mengemisikan gas rumah kaca. "Kadar abunya kurang dari 1 persen," jelas Prof Yanto. Selain itu, menurutnya penambangan batu batu bara berpotensi merusak lingkunga, sedangkan wood pellet sama sekali tidak merusak lingkungan. Saat ini bersama dengan ICCTF, Prof. Yanto sedang mengembangkan wood pellet yang terbuat dari tanaman kaliandra di kabupaten Geger, Bangkalan, Madura. Mengapa kaliandra? Berdasarkan penelitian yang dilakukan di IPB, dengan melakukan perbandingan terhadap 4 jenis tanaman: kaliandra, glereside , kemglandingan dan, segonbuto, ternyata tanaman kaliandra memiliki produktivitas biomassa terbesar. "Saya pikir masa depan kita itu wood pellet," ujar Prof Yanto.Prof. Yanto bilang bahwa pemerintah sebaiknya mulai berani menggunakan biomassa energi dengan wood pellet yang tentunya akan lebih ramah lingkungan. Jika saja PLN mau , maka produksi wood pellet yang dihasilkan di dalam negeri dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhan PLN. Selain itu Prof. Yanto juga menghimbau agar Bappenas mulai menghimbau pabrik - pabrik untuk mulai menggunakan wood pellet.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News