KONTAN.CO.ID - JAKARTA. World Bank memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2019 stagnan atau sama seperti proyeksi tahun ini sebesar 5,2%. Faktor pendorongnya masih permintaan dalam negeri yang mampu mengurangi gejolak eksternal. Meskipun inflasi diproyeksikan perlahan naik tahun depan, konsumsi swasta diperkirakan menguat karena peningkatan belanja sosial dan pasar tenaga kerja yang kuat. Pembentukan modal bruto juga diperkirakan tetap kuat karena perusahaan yang saat ini menahan investasi karena pemilu akan membuat komitmen baru. Selalu ada ketidakpastian dari investor saat pemilihan presiden. Mereka menunggu resolusi dari pemerintah, dan akan terjadi di semester II-2019.
"Kami perkirakan investasi masih sedikit kuat di tahun depan, yang menyumbang ada impor barang modal," ungkap Frederico Gil Sander, Ekonom Utama untuk WB Indonesia, Kamis (13/12). Demikian juga konsumsi pemerintah diperkirakan tetap tinggi seiring dengan berlanjutnya reformasi dan pertumbuhan penerimaan yang menciptakan konsolidasi fiskal dan belanja tambahan. Risiko negatif terhadap prospek pertumbuhan Indonesia tetap besar, terutama karena ketegangan perdagangan global antara Amerika Serikat (AS) dan China. Pasalnya negosiasi diantara keduanya bisa saja tidak berhasil di tahun 2019. Kemungkinan eskalasi sengketa tersebut menimbulkan risiko yang signifikan bagi Indonesia melalui sektor eksternal yang lebih lemah dan harga komoditas yang rendah. Selain itu, pengetatan kebijakan moneter The Fed terus meningkatkan risiko arus keluar modal dan gejolak di pasar keuangan negara berkembang. Dengan ketidakpastian perdagangan global, pertumbuhan negara mitra dagang utama juga diproyeksikan melambat. Nilai tukar juga diperkirakan melemah.