Wow, fintech lending diramal akan berkontribusi Rp 100 triliun pada PDB tahun depan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri fintech peer to peer (P2P) lending diperkirakan akan berkontribusi lebih dari Rp 100 triliun pada Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia. Jumlah tersebut meningkatkan signifikan dibandingkan realisasi 2019 terakhir yaitu Rp 60 triliun.

Peneliti INDEF Izzudin Al Faras memperkirakan kontribusi fintech lending tahun depan meningkat dua kali lipat berkat peningkatan jumlah aku peminjam (borrower) dan penyaluran pinjaman. Selain itu, perkembangan teknologi di tengah masyarakat juga menopang pertumbuhan industri fintech.

Baca Juga: LInkaja bisa dipakai bayar PBB, khusus bagi yang malas bergerak


“Tahun lalu kami juga melakukan studi yang sama, bahwa kontribusinya terhadap PDB itu telah mencapai 25,97 triliun, tahun ini Rp 60 triliun dan peningkatan lebih dari dua kali lipat maka PDB tahun depan bisa lebih dari Rp 100 triliun,” kata Izzudin di Jakarta, Senin (11/11).

Sebenarnya, harus diapresiasi juga Otoritas Jasa Keuangan (OJK) karena berkat mereka tingkat inklusi dan literasi keuangan meningkat cukup pesat dalam tiga tahun terakhir. Hal ini terlihat dari tingkat inklusi keuangan pada 2016 sebesar 67,8%, dan meningkat 8% menjadi 76,19% di tahun 2019.

Sedangkan literasi keuangan, juga meningkat lebih 8% dalam tiga tahun terakhir yaitu dari 29,7% dari 2016 menjadi 38,03% pada tahun ini. Menurutnya, peningkatan tersebut harus diapresiasi bahwa edukasi dari OJK maupun pihak terkait lainnya telah berjalan dengan baik.

“Harapannya, ke depan ini bisa lebih baik lagi, lebih cepat lagi peningkatan inklusi dan literasi keuangan sehingga semakin banyak masyarakat yang mendapatkan manfaat dari fintech P2P lending,” ungkapnya.

Baca Juga: OJK berpotensi paksa bank kecil konsolidasi, begini alasannya

INDEF melakukan survei inklusi dan literasi keuangan berasal data OJK di tahun 2016 dan 2019. Responden survei tersebut adalah pemain fintech lending sekaligus peminjam fintech terkait transaksi dan serta siapa saja platform yang mereka gunakan selama tiga tahun terakhir.

Adapun penelitian ini dilakukan INDEF pada bulan Agustus sampai September 2019.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi