KUALA LUMPUR. Kontrak harga crude palm oil (CPO) masih merangkak naik. Saat ini, posisinya berada di level tertinggi dalam 33 bulan. Kekeringan yang melanda kawasan Amerika Utara dikhawatirkan akan mengurangi tingkat produksi kedelai, sehingga mendongkrak permintaan minyak sayur yang terbuat dari tubuhan lain. Pagi tadi, kontrak harga CPO untuk pengantaran Maret di Malaysia Derivatives Exchange naik 1% menjadi 3.792 ringgit atau US$ 1.226 metrik ton. Ini merupakan level harga tertinggi sejak Maret 2008 lalu. Pada pukul 12.30 waktu Kuala Lumpur, kontrak yang sama diperdagangkan di level 3.772 ringgit per ton. Sementara itu, kontrak harga kedelai di Chicago melonjak ke level tertinggi dalam 28 bulan. "Kedelai menjadi faktor utama kenaikan harga CPO. Spekulasi yang beredar, bakal ada penurunan produksi," jelas Vijay Mehta, director Commodity Links Pte. Sekadar informasi, kekeringan yang melanda Argentina akibat sapuan La Nina, diprediksi bakal menyebar ke Brazil. Menurut Telvent DNT, cuaca buruk itu akan mengurangi tingkat produksi biji-bijian di dua negara tersebut. Padahal, Argentina dan Brazil merupakan dua negara terbesar produsen kedelai dan jagung. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Wow, harga CPO bertengger di level tertinggi dalam 33 bulan
KUALA LUMPUR. Kontrak harga crude palm oil (CPO) masih merangkak naik. Saat ini, posisinya berada di level tertinggi dalam 33 bulan. Kekeringan yang melanda kawasan Amerika Utara dikhawatirkan akan mengurangi tingkat produksi kedelai, sehingga mendongkrak permintaan minyak sayur yang terbuat dari tubuhan lain. Pagi tadi, kontrak harga CPO untuk pengantaran Maret di Malaysia Derivatives Exchange naik 1% menjadi 3.792 ringgit atau US$ 1.226 metrik ton. Ini merupakan level harga tertinggi sejak Maret 2008 lalu. Pada pukul 12.30 waktu Kuala Lumpur, kontrak yang sama diperdagangkan di level 3.772 ringgit per ton. Sementara itu, kontrak harga kedelai di Chicago melonjak ke level tertinggi dalam 28 bulan. "Kedelai menjadi faktor utama kenaikan harga CPO. Spekulasi yang beredar, bakal ada penurunan produksi," jelas Vijay Mehta, director Commodity Links Pte. Sekadar informasi, kekeringan yang melanda Argentina akibat sapuan La Nina, diprediksi bakal menyebar ke Brazil. Menurut Telvent DNT, cuaca buruk itu akan mengurangi tingkat produksi biji-bijian di dua negara tersebut. Padahal, Argentina dan Brazil merupakan dua negara terbesar produsen kedelai dan jagung. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News