JAKARTA. Kalangan manajemen perusahaan asuransi keberatan dengan penyampaian biaya-biaya asuransi. Pengungkapan biaya-biaya itu ibarat mengumbar isi dapur rumah makan. Bisa jadi, kejelekan yang selama ini tertutupi, bakal terlihat secara langsung di depan mata. Entahlah, apakah biaya-biaya penjualan asuransi termasuk salah satu kejelekan. Yang pasti, biaya pemasaran produk asuransi cukup besar. Pastinya, biaya-biaya itu bersumber dari premi, hasil pembayaran para nasabah asuransi atau pemegang polis (tertanggung). Tentu Anda sering mendengar, banyak agen asuransi berwisata ke luar negeri dan menginap di hotel mewah atau paket umroh. Itu hanyalah salah satu biaya pemasaran asuransi, yang pastinya bukan berasal dari modal perusahaan.
Paket wisata bagi agen itu hanyalah salah satu bonus dari prestasi penjualan asuransi. Biasanya, bonus itu berasal dari reward atau penghargaan atas prestasi si agen, karena telah mencapai target penjualan premi. Umumnya, setiap perusahaan memiliki standar berbeda-beda dalam penentuan target penjualan agen. "Tapi di asuransi umum, biasanya hanya agen yang menghasilkan pendapatan premi antara Rp 2,5 miliar-Rp 3 miliar per tahun sudah bisa mendapat bonus wisata ke luar negeri," kata Budi Herawan, Direktur Marketing Asuransi Bosowa Periskop. Berbeda dengan di asuransi jiwa. Target pendapatan premi setiap agen yang ingin berlibur ke luar negeri, jauh lebih besar. Pasalnya, pangsa pasar asuransi jiwa lebih besar. Bila agen tidak bisa mendapatkan bonus wisata ke luar negeri, masih ada hadiah lain menanti. Tentu saja, nilainya lebih kecil. Bonus ini biasanya bersifat kontemperer, demi menunjang atau menambah kinerja, seperti kendaraan, alat telekomunikasi, hingga laptop atau komputer tablet. Berbeda dengan bonus wisata yang hanya berlangsung sekali setahun, bonus kontemporer ini umumnya dalam jangka waktu tertentu, mulai bulanan, triwulan, hingga semesteran. Selain bonus, agen mendapatkan komisi berupa uang tunai. Bentuknya beragam, sehingga memungkinkan kantong agen asuransi penuh dengan lembaran rupiah. Komisi yang jelas masuk kantong di semua agen adalah dari penjualan langsung. Ini merupakan komisi karena agen berhasil mendapatkan nasabah baru yang bersedia membuka polis asuransi. Nilainya berbeda-beda, tergantung jenis produk dan perusahaan asuransi. "Kami memberikan komisi agen 5% untuk penjualan asuransi single premi, sedang reguler premi 30% pada tahun pertama," kata Agus Setiawan, Direktur Teknik Commonwealth Life. Catatan saja, single premi adalah produk asuransi yang pembayarannya hanya sekali dalam satu periode tertentu. Sedang reguler premi asuransi dengan metode pembayaran secara rutin per bulan atau periode tertentu. Persentase komisi atas single premi lebih kecil dibandingkan reguler premi, tapi secara nominal bisa lebih besar. Soalnya, pembayaran premi atas asuransi single premi bisa mencapai puluhan juta rupiah hingga ratusan juta rupiah. Sementara, nominal premi di produk reguler jauh lebih kecil. Namun, menjual asuransi reguler premi juga menguntungkan agen, karena bisa mendapatkan komisi pembayaran premi lanjutan. "Tahun kedua, persentase komisi masih sama dengan tahun pertama, tapi setelah itu lebih kecil," papar Agus tanpa merinci. Agen juga bisa mendapatkan penghasilan tambahan bila berhasil merekrut agen dan agen baru itu mampu menjual produk asuransi. Biasanya, perhitungan komisi ini berupa persentase atas komisi penjualan yang diterima agen rekrutan itu. Akan lebih beruntung lagi, bila agen hasil rekrutan itu berhasil menggaet agen lagi. Nantinya, agen yang memiliki level paling atas, bakal kecipratan komisi bila agen-agen di bawahnya mampu menarik calon nasabah untuk membeli produk asuransi.
Senioritas atau jabatan agen juga mendatangkan komisi berupa bonus jabatan yang berbentuk uang tunai. Bonus jabatan biasanya diberikan setelah agen mencapai level manejerial, contohnya unit manager (UM). Catatan saja, jenjang karier keagenan biasanya dimulai dari agen atau marketing executive (ME), senior agent atau UM, senior unit manager, agency manager, hingga di atasnya, senior agency manager. Semakin tinggi jabatan, pendapatan semakin besar. Nah, bisa dibayangkan, berapa komisi dan bonus yang masuk ke kantong agen. Sumber komisi itu berasal dari sebagian pembayaran Anda, para nasabah. kalangan manajemen perusahaan asuransi keberatan dengan penyampaian biaya-biaya asuransi. Pengungkapan biaya-biaya itu ibarat mengumbar isi dapur rumah makan. Bisa jadi, kejelekan yang selama ini tertutupi, bakal terlihat secara langsung di depan mata. Entahlah, apakah biaya-biaya penjualan asuransi termasuk salah satu kejelekan. Yang pasti, biaya pemasaran produk asuransi cukup besar. Pastinya, biaya-biaya itu bersumber dari premi, hasil pembayaran para nasabah asuransi atau pemegang polis (tertanggung).Tentu Anda sering mendengar, banyak agen asuransi berwisata ke luar negeri dan menginap di hotel mewah atau paket umroh. Itu hanyalah salah satu biaya pemasaran asuransi, yang pastinya bukan berasal dari modal perusahaan.Paket wisata bagi agen itu hanyalah salah satu bonus dari prestasi penjualan asuransi. Biasanya, bonus itu berasal dari reward atau penghargaan atas prestasi si agen, karena telah mencapai target penjualan premi.Umumnya, setiap perusahaan memiliki standar berbeda-beda dalam penentuan target penjualan agen. "Tapi di asuransi umum, biasanya hanya agen yang menghasilkan pendapatan premi antara Rp 2,5 miliar-Rp 3 miliar per tahun sudah bisa mendapat bonus wisata ke luar negeri," kata Budi Herawan, Direktur Marketing Asuransi Bosowa Periskop.Berbeda dengan di asuransi jiwa. Target pendapatan premi setiap agen yang ingin berlibur ke luar negeri, jauh lebih besar. Pasalnya, pangsa pasar asuransi jiwa lebih besar.Bila agen tidak bisa mendapatkan bonus wisata ke luar negeri, masih ada hadiah lain menanti. Tentu saja, nilainya lebih kecil. Bonus ini biasanya bersifat kontemperer, demi menunjang atau menambah kinerja, seperti kendaraan, alat telekomunikasi, hingga laptop atau komputer tablet. Berbeda dengan bonus wisata yang hanya berlangsung sekali setahun, bonus kontemporer ini umumnya dalam jangka waktu tertentu, mulai bulanan, triwulan, hingga semesteran.Selain bonus, agen mendapatkan komisi berupa uang tunai. Bentuknya beragam, sehingga memungkinkan kantong agen asuransi penuh dengan lembaran rupiah.Komisi yang jelas masuk kantong di semua agen adalah dari penjualan langsung. Ini merupakan komisi karena agen berhasil mendapatkan nasabah baru yang bersedia membuka polis asuransi. Nilainya berbeda-beda, tergantung jenis produk dan perusahaan asuransi. "Kami memberikan komisi agen 5% untuk penjualan asuransi single premi, sedang reguler premi 30% pada tahun pertama," kata Agus Setiawan, Direktur Teknik Commonwealth Life. Catatan saja, single premi adalah produk asuransi yang pembayarannya hanya sekali dalam satu periode tertentu. Sedang reguler premi asuransi dengan metode pembayaran secara rutin per bulan atau periode tertentu. Persentase komisi atas single premi lebih kecil dibandingkan reguler premi, tapi secara nominal bisa lebih besar. Soalnya, pembayaran premi atas asuransi single premi bisa mencapai puluhan juta rupiah hingga ratusan juta rupiah. Sementara, nominal premi di produk reguler jauh lebih kecil.Namun, menjual asuransi reguler premi juga menguntungkan agen, karena bisa mendapatkan komisi pembayaran premi lanjutan. "Tahun kedua, persentase komisi masih sama dengan tahun pertama, tapi setelah itu lebih kecil," papar Agus tanpa merinci. Agen juga bisa mendapatkan penghasilan tambahan bila berhasil merekrut agen dan agen baru itu mampu menjual produk asuransi. Biasanya, perhitungan komisi ini berupa persentase atas komisi penjualan yang diterima agen rekrutan itu. Akan lebih beruntung lagi, bila agen hasil rekrutan itu berhasil menggaet agen lagi. Nantinya, agen yang memiliki level paling atas, bakal kecipratan komisi bila agen-agen di bawahnya mampu menarik calon nasabah untuk membeli produk asuransi.Senioritas atau jabatan agen juga mendatangkan komisi berupa bonus jabatan yang berbentuk uang tunai. Bonus jabatan biasanya diberikan setelah agen mencapai level manejerial, contohnya unit manager (UM). Catatan saja, jenjang karier keagenan biasanya dimulai dari agen atau marketing executive (ME), senior agent atau UM, senior unit manager, agency manager, hingga di atasnya, senior agency manager. Semakin tinggi jabatan, pendapatan semakin besar. Nah, bisa dibayangkan, berapa komisi dan bonus yang masuk ke kantong agen. Sumber komisi itu berasal dari sebagian pembayaran Anda, para nasabah. n Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Asnil Amri