KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Pertamina mengungkapkan bahwa ada tiga guncangan (
triple shock) yang dialami perusahaan pada saat pandemi Covid-19.
Pertama, penurunan penjualan secara signifikan secara nasional.
Kedua, arus kas operasi perseroan dipengaruhi dari fluktuasi nilai tukar rupiah.
Ketiga, arus kas perseroan dipengaruhi fluktuasi harga minyak dunia. Dengan melihat hal itu maka menurut Direktur Keuangan Pertamina Emma Sri Martini harus ada upaya extra ordinary untuk membuat kinerja perusahaan menjadi lebih baik lagi.
Baca Juga: Pertamina delivery service (PDS) tembus 25.000 pesanan Dia bercerita bahwa pada saat pandemi Covid-19 menyebar ke Indonesia terutama pada April-Juni 2020 terlihat bahwa penjualan rata-rata harian sales BBM turun sebesar 26,5% dibandingkan dengan penjualan normal. Adapun untuk BBM industri dan Aviasi secara overall rata-rata penjualan April-Juni 2020 turun 24% dibandingkan dengan rata-rata penjualan Januari-Februari 2020, hal ini terutama karena penurunan penjualan Aviasi sebesar 84%. "Bahwa pandemi Covid-19 ini preseden baru dan sangat signifikan bagi Pertamina, rasanya tidak ada institusi yang imun terhadap Covid-19 ini," ungkap dia dalam Diskusi Pertamina dengan Redaktur Media, Sabtu (15/8). Dia mengatakan bahwa pada kuartal II-2020 memang sangat besar situasinya bagi keuangan Pertamina, namun begitu masuk ke bulan Juli 2020 ada harapan baru dengan diterapkannya penyesuaian protokol Covid-19 dan edukasi masyarakat untuk adaptasi baru. "Ada sedikit memberikan penumbuhan, sales mulai peningkatan," ujar dia. Emma juga mengatakan bahwa Pertamina tidak berdiam diri atas dampak Covid-19 terhadap keuangan perusahaan. Misalnya perusahaan melakukan penghematan biaya operasi 30% dari RKAP mencapai US$ 3 miliar di tahun 2020. Kemudian, peninjauan kembali rencana investasi dengan menurunkan sebanyak 21% menjadi US$ 1,62 miliar, lalu renegosiasi kontrak-kontrak eksisting, refinancing utang janka panjang untuk mendapatkan biaya bunga yang kompetitif (yang sudah dilakukan pada kuartal I-2020 sebesar US$ 0,6 miliar. Dia mencontohkan bahwa efisiensi yang dilakukan ada ditingkat holding, yakni mencapai 60% dari total opex, kemudian 40% di tingkat anak usaha. "Efisiensi itu kita lebih banyak kepada biaya
maintenance service, lalu ada perjalanan dinas, konsumsi energi, air, listrik ada pengurangan, tetapi memang yang paling signifikan adalah efisiensi dari pihak ketiga dari sektor hulu dan renegosiasi kontrak, di hulu saja kami bisa saving US$300 juta sampai US$ 500 juta," kata Emma.
Baca Juga: Libur panjang HUT RI ke-75, Pertamina pastikan stok BBM di ruas Tol aman Lalu, dia juga mengatakan, untuk efisiensi dari renegosiasi dengan kontrak-kontrak kapal melalui pihak ketiga bisa mencapai US$ 200-US$ 300 juta, sehingga dengan begitu bisa mengurangi opex tahun 2020," kata dia. Namun, Emma menekankan bahwa perusahaan tidak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) bahkan proyek-proyek yang sedang berjalan masih terus dilakukan, misalnya proyek RDMP Balikpapan dan Kilang Tuban. "Proyek strategis seperti RDMP Balikpapan dan Tuban kita tidak hentikan dan berupaya proyek pembangunan tetap dijalankan. Kalau dihentikan bisa ada pengangguran dan
project diley," imbuh dia. Emma menjelaskan, dari sisi lapangan kerja bahwa perusahaan tidak akan menambah level pengangguran. Saat ini tercatat peluang pekerjaan tidak langsung dari proyek Pertamina mencapai 3.096 pekerja, kemudian untuk total peluang kerja langsung mencapai 142.000 pekerja. Dia juga menegaskan bahwa penggunaan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) dalam proyek Pertamina tetap diangka 30%. "Meskipun ada pengurangan belanja modal 2020 di upstream tetapi kami tetap mempertahankan produksi di level minimal turunnya hanya 2%-3% dari produksi 2019," terang Emma. Dia juga menyatakan bahwa Pertamina terus menjalankan tugasnya untuk memperkuat ketahanan energi dengan membuat Pertashop di seluruh Indonesia. Hal ini agar masyarakat di desa-desa bisa mengakses adanya BBM. "Komitmen kami, betul-betul afirmatif support, ditengah pandemik Covid-19 melaksanakan mendukung ketahanan energi dan satu pihak juga menyediakan ketersediaan lapangan kerja dan TKDN," imbuh dia.
Emma juga mengungkapkan bahwa pihaknya terus berupaya menurunkan defisit neraca perdagangan akibat impor BBM sebelum Covid-19, maka pada momentum ini Pertamina otomatis menurunkan impor solar, avtur dan gasoline.
Baca Juga: Pertamina terus berupaya masuk daftar Fortune Global 500 Terakhir, untuk di bidang hilir saat ini Pertamina juga memberikan fasilitas kredit bagi para mitra pengusaha SPBU. "Agar tidak tutup pelayanan SPBU," tutur dia. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Azis Husaini