KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mata pemerintah sepertinya kurang awas. Sampai Rabu (11/10) pukul 23:00 WIB, situs Telegramhub.net, masih menampilkan dengan bebasnya stiker berbau seks. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) sendiri telah melayangkan notifikasi ke Telegram. “Tim aduan konten sudah menindaklanjuti isu ini dengan berkoordinasi ke Telegram,” ungkap Plt Kepala Humas Kominfo Noor Iza, dalam sebuah grup WhatsApp, Selasa (10/10). Padahal dari lima penyedia layanan media sosial terbesar di Indonesia, Telegram memberikan respons paling tinggi, sebesar 93,3% dengan memblokir sejumlah konten negatif di saluran publik milik aplikasi asal Rusia tersebut. Instagram, Facebook, dan Youtube rata-rata memberikan respons sebesar 55%, dengan merespons konten negatif yang tayang di aplikasi mereka. Sedangkan Twitter baru merespons sebesar 22,5% dari aduan publik. Penelusuran KONTAN, Telegram sejauh ini memang cepat menurunkan (take down) konten yang berbau radikal. Sayang saking cepatnya, beberapa konten yang bukan radikal turut kena banned (blokir). Sebut saja situs ceramah umum agama atau murotal (membaca) Al-Quran. Entah mengapa mereka lambat menurunkan konten berbau seks. Bagaimana Kominfo? Kapan bertemu dengan bos Telegram lagi?
Wow, stiker seks masih terus eksis di Telegram
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mata pemerintah sepertinya kurang awas. Sampai Rabu (11/10) pukul 23:00 WIB, situs Telegramhub.net, masih menampilkan dengan bebasnya stiker berbau seks. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) sendiri telah melayangkan notifikasi ke Telegram. “Tim aduan konten sudah menindaklanjuti isu ini dengan berkoordinasi ke Telegram,” ungkap Plt Kepala Humas Kominfo Noor Iza, dalam sebuah grup WhatsApp, Selasa (10/10). Padahal dari lima penyedia layanan media sosial terbesar di Indonesia, Telegram memberikan respons paling tinggi, sebesar 93,3% dengan memblokir sejumlah konten negatif di saluran publik milik aplikasi asal Rusia tersebut. Instagram, Facebook, dan Youtube rata-rata memberikan respons sebesar 55%, dengan merespons konten negatif yang tayang di aplikasi mereka. Sedangkan Twitter baru merespons sebesar 22,5% dari aduan publik. Penelusuran KONTAN, Telegram sejauh ini memang cepat menurunkan (take down) konten yang berbau radikal. Sayang saking cepatnya, beberapa konten yang bukan radikal turut kena banned (blokir). Sebut saja situs ceramah umum agama atau murotal (membaca) Al-Quran. Entah mengapa mereka lambat menurunkan konten berbau seks. Bagaimana Kominfo? Kapan bertemu dengan bos Telegram lagi?