KONTAN.CO.ID - PT Waskita Karya Tbk (
WSKT) masih melanjutkan rencana divestasi atau penjualan 10 ruas tol yang dimiliki. Perusahaan pelat merah ini mengincar dana sekitar Rp 20 triliun dari penjualan tol tersebut. Setelah divestasi dengan mekanisme gagal lantaran penawaran yang masuk jauh dari ekspektasi, Waskita masih akan memastikan masih melanjutkan divestasi dengan mekanisme yang berbeda yakni dengan skema
one by one (penjajakan langsung). Adapun tol yang akan dijual tujuh ruas diantaranya merupakan bagian dari trans jawa. Dari ketujuh ruas ini saja, Waskita mengincara dana sebesar Rp 10 triliun. "Ini rencananya paketnya akan kami
bundling karena ruas-ruasnya nanti akan tersambung," kata Muhammad Choliq, Direktur Utama WSKT di Jakarta, Senin (18/9).
Sedangkan tiga ruas lagi merupakan non Trans Jawa yang potensi pasarnya cukup bagus yakni Bekasi–Cawang–Kampung Melayu (60%), Medan–Kualanamu–Tebing Tinggi (15%), dan Kayu Agung–Palembang-Betung (60%). Dari ketiga ruas tol ini, Waskita mengincar penjualan Rp 10 triliun. Choliq bilang, ruas yang paling bagus adalah tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu dimana dari tol ini saja ditargetkan bisa mencapai sekitar Rp 7 triliun. Menurut Choliq, beberapa investor yang sebelumnya ikut melakukan penawaran dalam skema tender tetap beminat untuk membeli tol Waskita dengan mekanisne divestasi one on one seperto Jasamarga dan Astra Infra (Astratel). "Kami lebih yakin dengan mekanismen strategic partner atau dengan mekanisme
one on one ini," kata Choliq. Mekanisme one on one ini ditargetkan selesai paling lambat akhir semester I 2018. Jika tidak terealisasi, Waskita akan melakukan langkah Initial Public Offering (IPO). Dalam mekanisme IPO, ada dua cara yang akan dikaji perusahaan. Pertama, Waskita akan mengawinkan PT Waskita Trans Java Toll Road dengan Jasamarga Trans Java menjadi perusahaan baru dan kemudian di IPO-kan. Choliq mengatakan, Jasamarga setuju untuk mengawinkan anak usahanya dengan anak usaha waskita tersebut untuk di IPO-kan tetapi tetap membutuhkan proses untuk persiapan. Sedangkan Waskita sendiri ingin melakukan aksi korporasi dalam waktu cepat sehingga jika kesepakatan tidak tercapai maka pilihan terkahir yang akan diambil Waskita adalah lewat melakukan IPO anak usahanya sendiri. Waskita memang membutuhkan kebutuhan dana besar untuk menggarap proyek eksisting saat ini yakni jalan tol sepanjang 1.250 kilometer (km) , proyek transmisi 500 kv sepanjang 700 km dan proyek LRT Palembang. Kebutuhan dana untuk menyelesaikan proyek tersebut Rp 120 triliun dimana Rp 80 triliun akan berasal dari utang dan Rp 40 triliun dari ekuitas.
Sedangkan per awal September 2017, Ekuitas Waskita baru mencapai Rp 22 triliun. Adapun utang yang sudah diambil mencapai Rp 31,5 triliun dan akan bertambah lagi Rp 8 triliun lagi sampai akhir tahun dari kredit sindikasi Rp 5 triliun dan obligasi Rp 3 triliun. Dengan kondisi kondisi kebutuhan dana yang besar tersebut ditambah dengan rencana divestasi belum terealisasi, Waskita memutuskan mengerem target kontrak baru dari semula membidik Rp 80 triliun menjadi Rp 60 triliun tahun ini. Dan hingga minggu pertama September sudah tercapai Rp 43 triliun. WSKT Bidik Rp 20 TriliuN dari Divestasi 10 Ruas Jalan Tol Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia